y: Muhamad Agus Syafii
Ketika datang seorang pemuda meminangnya, hatinya telah mantap, tanggal
sudah ditentukan, bahkan undangan sudah dicetak namun ditengah
perjalanan entah apa penyebabnya pernikahan itu gagal. Air mata mengalir
tak terbendung. Bayangan indah yang telah lama dinanti menggores hati
yang paling dalam. Wajah murung dan kecewa menghiasai wajah ibunda
tercinta. Terobati karena kesibukannya bekerja. Hari-harinya terasa
kelam. mengarungi dengan sholat dan doa membuat dirinya yakin bahwa akan
datang jodoh yang terbaik untuknya.
Kehadirannya di Rumah Amalia telah membuat hatinya bahagia. "Allah Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, saya yakin dengan shodaqoh di Rumah Amalia
ini, Allah akan memberikan saya jodoh yang terbaik dari sisiNya."
tuturnya. Air mata mengalir tiada henti, Doa dan harapan untuk
membahagiakan orang tuanya segera terwujud. Hanya kepada Allah dirinya
memohon pertolongan. Subhanallah, tidak lama kemudian seorang ustadz
yang membina pengajian di kantornya menawarkan ta'aruf seorang ikhwan
untuknya, profilenya sebagaimana yang diharapkan. Namun luka dihati
akibat kegagalannya dimasa lalu menyisakan perih dihati. Dia tidak
hendak buru-buru menolak, sempat terpikir olehnya "Ya Allah, bila memang
ini jodohku, mudahkanlah segala urusannya." Setelah sholat memohon
petunjuk pada Allah. Allah menguatkan hatinya dengan bulat menerima.
Alhamdulillah, semua proses lamaran sampai dengan pernikahannya
sederhana berjalan dengan lancar, keluarga sakinah begitu indah
dilaluinya. Hari-hari dipenuhi kebahagiaan dengan laki-laki pilihannya
yang begitu taat dan sholeh. Setiap pagi selalu membangunkan untuk
sholat tahajud. Bahkan mengajaknya untuk sholat berjamaah. Kehidupan
Islami diarungi bersama dengan suami tercintanya sampai lahir sang buah
yang telah lama diharapkan. Begitu indah dan bahagia hatinya karena
Allah melimpahkan kebahagian dan kebaikan untuk dirinya dan keluarganya.
"Barangsiapa yang menikah dengan dilandasi keyakinan kepada Allah dan
hanya mengharapkan keridhaanNya niscaya Allah mewajibkan diriNya untuk
menolongnya dan memberkahinya" (HR. Thabrani).
--
Sahabatku, yuk..aminkan doa ini untuk mendapatkan jodoh yg terbaik dari
sisi Allah.'Rabbana hablana milladunka zaujan thayyiban wayakuna
shahiban lii fiddini waddunya wal akhirah' Artinya. 'Ya Tuhan kami,
berikanlah kami pasangan yg terbaik dari sisiMu, pasangan yg juga
menjadi sahabat kami dlm urusan agama, urusan dunia & akhirat.'
Saturday, September 29, 2012
Friday, September 28, 2012
Hikmah Diciptakannya Setan
Ruswanto Syamsuddin
Akhir-akhir ini kisah-kisah misteri/mistik marak sekali ditayangkan di televisi kita. Hampir setiap malam pemirsa disuguhi kisah dan cerita misteri/mistik dalam bentuk dan cara yang berbeda-beda. Seolah-olah 'kisah dunia lain itu lebih penting dari dunia nyata yang kita hadapi sehari-hari dengan susah payah karena keterpurukan bangsa ini di segala bidang kehidupan.
Penayangan kisah-kisah misteri dan mistik ini sudah sangat berlebihan, sangat mengganggu dan mempengaruhi jiwa masyarakat. Saking keterlaluannya sampai mengundang keprihatinan para ulama dan para tokoh nasional. Mereka telah menghimbau dan melayangkan surat supaya insan pertelevisian kita menghentikan tayangan-tayangan tersebut, tetapi tampaknya tidak digubris. Buktinya penayangan kisah-kisah misteri itu malah makin menjadi-jadi.
Jika dikaitkan dengan peran setan, agaknya ini adalah salah satu daya upaya setan untuk merusak akidah umat manusia, agar manusia lebih takut kepada setan daripada kepada Allah, dan agar manusia mengabdi kepada setan demi kejayaan setan.
Setan (Syaithan) berasal dari kata kerja syathana yang mengandung arti menyalahi, menjauhi. Setan artinya pembangkang pendurhaka. Secara istilah, setan adalah makhluk durhaka yang perbuatannya selalu menyesatkan dan menghalangi dari jalan kebenaran (al-haq). Makhluk durhaka seperti ini bisa dari bangsa jin dan manusia (QS. 114: 1-6/QS. 6:112). Makhluk yang pertama kali durhaka kepada Allah adalah iblis. Maka iblis itu disebut setan. Keturunan iblis yang durhaka juga disebut setan (QS. 2 : 36/4 : 118).
Dalam menggoda manusia, setan dari bangsa jin itu masuk ke dalam diri manusia, membisikkan sesuatu yang jahat dan membangkitkan nafsu yang rendah (syahwat). Selain menggoda dari dalam diri manusia, setan juga menjadikan wanita, harta, tahta, pangkat dan kesenangan duniawi lain sebagai umpan (perangkapnya, Dihiasinya Kesenangan duniawi itu dihiasinya sedemikian menarik hingga manusia tergoda, terlena, tertutup mata hatinya, lalu memandang semua yang haram jadi halal. Akhirnya manusia terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan/ kemungkaran. Maka manusia yang telah mengikuti ajakan setan, menjadi hamba setan, dalam al-Quran juga disebut setan (QS. 38 : 37-38) dan golongan (partai) mereka juga disebut golongan setan (hizbusy-syaithan - QS. 58 : 19).
Baik setan dari bangsa jin maupun dari bangsa manusia terus menerus berupaya untuk menyesatkan manusia. mereka bahu rnembahu untuk menyebarkan kemungkaran dan kemaksiatan. Mereka kuasai berbagai media, termasuk televisi, mereka sebarkan kisah-kisah misteri dan kemaksiatan demi uang dan kesenangan duniawi tanpa peduli umat manusia rusak atau tidak akidahnya dan akhlaknya. Itulah sumpah setan di hadapan Allah untuk menggoda manusia dari berbagai sudut yang bisa mereka masuki. (QS, 7:17).
Dalam Islam sangat jelas bahwa penayangan seperti itu diharamkan, karena: Pertama, tayangan mistik seperti itu mempersubur kemusyrikan, membuat manusia lebih takut kepada setan, khurafat dan tahyul daripada takut kepada Allah. Padahal tidak ada yang bisa memberi manfaat dan mudharat di dunia ini kecuali hanya Allah (QS. 39 : 38), tidak ada daya dan kekuatan kecuali hanya dari Allah. Kedua, tayangan mistik seperti itu adalah bentuk pembodohan masyarakat, hanya membuat bangsa semakin jumud dan terbelakang. Ketiga, tayangan seperti itu sarat dengan praktek perdukunan. Dengan maraknya penayangan kisah-kisah mistik, maka praktek-praktek perdukunan juga semakin marak. Sedangkan perdukunan juga diharamkan dalam Islam. Dan keempat, rezeki yang dihasilkan dari usaha yang diharamkan, maka rezeki itu juga haram dan tidak diberkahi Allah. Oleh karenanya penayangan kemusyrikan itu mestilah dihilangkan karena tidak ada manfaatnya selain mudharat dunia-akhirat.
Al Quran menjelaskan, Allah SWT menciptakan alam semesta dan semua yang ada di dalamnya, satu pun tidak ada yang batil atau sia-sia (QS Ali Imran : 191). Oleh karena itu Allah menciptakan iblis atau makhluk yang disebut setan Itu, bila dilihat dari sisi nilai ibadah, pada hakikatnya juga ada hikmahnya.
Imam al-Ghazali pernah menyatakan; jika ingin melihat kesalahan/kelemahan kita, carilah pada sahabat karib kita, karena sahabat kitalah yang tahu kesalahan/ kelemahan kita. Jika kita tidak mendapatkannya pada sahabat kita, carilah pada musuh kita, karena musuh kita itu paling tahu kesalahan/kelemahan kita. Sifat musuh adalah selalu mencari kelemahan lawan untuk dijatuhkan.
Demikian pula setan. la selalu mencari kesalahan/kelemahan orang-orang beriman untuk kemudian digelincirkan dengan segala macam cara.
Nah, jika kita telah mcngetahui kesalahan/kelemahan kita, entah dari kawan, lawan, bahkan dari setan, lalu kita memperbaiki diri, insya Allah kita akan menjadi orang baik dan sukses. Jadi, kalau kita berpikir positif, ada juga hikmahnya setan itu buat orang-orang beriman.
1. Untuk menguji keimanan dan komitmen manusia beriman terhadap perintah Allah. Karena setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah pasti akan diuji (QS. 29:2). Jika dengan godaan setan seorang mukmin tetap istiqamah dengan keimanannya, maka derajatnya akan ditinggikan oleh Allah dan hidupnya akan bahagia. Tetapi jika ia tergoda dan mengikuti ajakan setan, derajatnya akan jatuh, hina kedudukannya dan dipersulit hidupnya oleh Allah. (QS. 41 : 30-31).
Allah SWT menjelaskan bahwa Dia menciptakan jin dan manusia tidak lain supaya mereka mengabdi kepada-Nya (QS. 51 : 56). Kemudian setan datang menggoda manusia, membangkit-bangkitkan syahwat kepada kenikmatan duniawi, rnembisikkan ke dalam hatinya angan-angan kosong dan keraguan, supaya manusia lupa terhadap tujuan dan tugas hidupnya di dunia. Jika manusia tetap sadar akan tujuan dan tugas hidupnya di dunia, dia akan tetap ridha menjadi hamba Allah dan mengabdi kepada-Nya. Terhadap hamba Allah seperti ini, setan tidak akan rnampu menggodanya (QS. 15 : 40). Tetapi jika manusia tergoda, pada gilirannya ia akan menjadi hamba setan.
Sebab tanpa ada setan yang memusuhi kebenaran, maka tidak akan ada semangat perjuangan (jihad) untuk mempertahankan kebenaran. Sedangkan jihad di jalan Allah juga merupakan bukti penting manusia beriman dan ridha sebagai hamba Allah.
Semakin besar godaan setan kepada manusia dan dia mampu menghadapinya dengan baik, maka semakin besar pahalanya di sisi Allah (QS. 3 : 195).
Karena setan senantiasa mengintai kelengahan manusia. Sekejap saja manusia lengah, setan akan masuk, lalu mengacaukan hati dan syahwat. Tapi orang yang selalu waspada, akan senantiasa ingat kepada Allah sehingga setan tidak punya kesempatan untuk mengganggunya.
Jadi, bagi orang yang sudah kuat imannya, gangguan setan itu tidak akan merusak ibadahnya. tetapi malah mempertinggi kualitas iman dan ibadahnya. Masalahnya, tayangan-tayangan setan yang makin marak di televisi, tidak ditonton oleh mereka yang telah kuat imannya, melainkan oleh masyarakat dari berbagai lapisan umur dan kadar iman yang terbanyak masih memerlukan bimbingan. Bagi mereka ini, tayangan-tayangan itu sangat kontra produktif, bahkan bisa mendangkalkan iman mereka. Apakah ini tidak terpikirkan oleh insan pertelevisian kita?
Akhir-akhir ini kisah-kisah misteri/mistik marak sekali ditayangkan di televisi kita. Hampir setiap malam pemirsa disuguhi kisah dan cerita misteri/mistik dalam bentuk dan cara yang berbeda-beda. Seolah-olah 'kisah dunia lain itu lebih penting dari dunia nyata yang kita hadapi sehari-hari dengan susah payah karena keterpurukan bangsa ini di segala bidang kehidupan.
Penayangan kisah-kisah misteri dan mistik ini sudah sangat berlebihan, sangat mengganggu dan mempengaruhi jiwa masyarakat. Saking keterlaluannya sampai mengundang keprihatinan para ulama dan para tokoh nasional. Mereka telah menghimbau dan melayangkan surat supaya insan pertelevisian kita menghentikan tayangan-tayangan tersebut, tetapi tampaknya tidak digubris. Buktinya penayangan kisah-kisah misteri itu malah makin menjadi-jadi.
Jika dikaitkan dengan peran setan, agaknya ini adalah salah satu daya upaya setan untuk merusak akidah umat manusia, agar manusia lebih takut kepada setan daripada kepada Allah, dan agar manusia mengabdi kepada setan demi kejayaan setan.
Apa Itu Setan?
Setan (Syaithan) berasal dari kata kerja syathana yang mengandung arti menyalahi, menjauhi. Setan artinya pembangkang pendurhaka. Secara istilah, setan adalah makhluk durhaka yang perbuatannya selalu menyesatkan dan menghalangi dari jalan kebenaran (al-haq). Makhluk durhaka seperti ini bisa dari bangsa jin dan manusia (QS. 114: 1-6/QS. 6:112). Makhluk yang pertama kali durhaka kepada Allah adalah iblis. Maka iblis itu disebut setan. Keturunan iblis yang durhaka juga disebut setan (QS. 2 : 36/4 : 118).
Dalam menggoda manusia, setan dari bangsa jin itu masuk ke dalam diri manusia, membisikkan sesuatu yang jahat dan membangkitkan nafsu yang rendah (syahwat). Selain menggoda dari dalam diri manusia, setan juga menjadikan wanita, harta, tahta, pangkat dan kesenangan duniawi lain sebagai umpan (perangkapnya, Dihiasinya Kesenangan duniawi itu dihiasinya sedemikian menarik hingga manusia tergoda, terlena, tertutup mata hatinya, lalu memandang semua yang haram jadi halal. Akhirnya manusia terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan/ kemungkaran. Maka manusia yang telah mengikuti ajakan setan, menjadi hamba setan, dalam al-Quran juga disebut setan (QS. 38 : 37-38) dan golongan (partai) mereka juga disebut golongan setan (hizbusy-syaithan - QS. 58 : 19).
Baik setan dari bangsa jin maupun dari bangsa manusia terus menerus berupaya untuk menyesatkan manusia. mereka bahu rnembahu untuk menyebarkan kemungkaran dan kemaksiatan. Mereka kuasai berbagai media, termasuk televisi, mereka sebarkan kisah-kisah misteri dan kemaksiatan demi uang dan kesenangan duniawi tanpa peduli umat manusia rusak atau tidak akidahnya dan akhlaknya. Itulah sumpah setan di hadapan Allah untuk menggoda manusia dari berbagai sudut yang bisa mereka masuki. (QS, 7:17).
Mudharat Tayangan Setan
Dalam Islam sangat jelas bahwa penayangan seperti itu diharamkan, karena: Pertama, tayangan mistik seperti itu mempersubur kemusyrikan, membuat manusia lebih takut kepada setan, khurafat dan tahyul daripada takut kepada Allah. Padahal tidak ada yang bisa memberi manfaat dan mudharat di dunia ini kecuali hanya Allah (QS. 39 : 38), tidak ada daya dan kekuatan kecuali hanya dari Allah. Kedua, tayangan mistik seperti itu adalah bentuk pembodohan masyarakat, hanya membuat bangsa semakin jumud dan terbelakang. Ketiga, tayangan seperti itu sarat dengan praktek perdukunan. Dengan maraknya penayangan kisah-kisah mistik, maka praktek-praktek perdukunan juga semakin marak. Sedangkan perdukunan juga diharamkan dalam Islam. Dan keempat, rezeki yang dihasilkan dari usaha yang diharamkan, maka rezeki itu juga haram dan tidak diberkahi Allah. Oleh karenanya penayangan kemusyrikan itu mestilah dihilangkan karena tidak ada manfaatnya selain mudharat dunia-akhirat.
Hikmah Diciptakannya Setan
Al Quran menjelaskan, Allah SWT menciptakan alam semesta dan semua yang ada di dalamnya, satu pun tidak ada yang batil atau sia-sia (QS Ali Imran : 191). Oleh karena itu Allah menciptakan iblis atau makhluk yang disebut setan Itu, bila dilihat dari sisi nilai ibadah, pada hakikatnya juga ada hikmahnya.
Imam al-Ghazali pernah menyatakan; jika ingin melihat kesalahan/kelemahan kita, carilah pada sahabat karib kita, karena sahabat kitalah yang tahu kesalahan/ kelemahan kita. Jika kita tidak mendapatkannya pada sahabat kita, carilah pada musuh kita, karena musuh kita itu paling tahu kesalahan/kelemahan kita. Sifat musuh adalah selalu mencari kelemahan lawan untuk dijatuhkan.
Demikian pula setan. la selalu mencari kesalahan/kelemahan orang-orang beriman untuk kemudian digelincirkan dengan segala macam cara.
Nah, jika kita telah mcngetahui kesalahan/kelemahan kita, entah dari kawan, lawan, bahkan dari setan, lalu kita memperbaiki diri, insya Allah kita akan menjadi orang baik dan sukses. Jadi, kalau kita berpikir positif, ada juga hikmahnya setan itu buat orang-orang beriman.
Lebih rinci, di antara hikmah dicipta-kannya setan ialah :
1. Untuk menguji keimanan dan komitmen manusia beriman terhadap perintah Allah. Karena setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah pasti akan diuji (QS. 29:2). Jika dengan godaan setan seorang mukmin tetap istiqamah dengan keimanannya, maka derajatnya akan ditinggikan oleh Allah dan hidupnya akan bahagia. Tetapi jika ia tergoda dan mengikuti ajakan setan, derajatnya akan jatuh, hina kedudukannya dan dipersulit hidupnya oleh Allah. (QS. 41 : 30-31).
2. Menguji keikhlasan manusia beriman dalam mengabdi kepada Allah,
Allah SWT menjelaskan bahwa Dia menciptakan jin dan manusia tidak lain supaya mereka mengabdi kepada-Nya (QS. 51 : 56). Kemudian setan datang menggoda manusia, membangkit-bangkitkan syahwat kepada kenikmatan duniawi, rnembisikkan ke dalam hatinya angan-angan kosong dan keraguan, supaya manusia lupa terhadap tujuan dan tugas hidupnya di dunia. Jika manusia tetap sadar akan tujuan dan tugas hidupnya di dunia, dia akan tetap ridha menjadi hamba Allah dan mengabdi kepada-Nya. Terhadap hamba Allah seperti ini, setan tidak akan rnampu menggodanya (QS. 15 : 40). Tetapi jika manusia tergoda, pada gilirannya ia akan menjadi hamba setan.
3. Untuk meningkatkan perjuangan di jalan Allah.
Sebab tanpa ada setan yang memusuhi kebenaran, maka tidak akan ada semangat perjuangan (jihad) untuk mempertahankan kebenaran. Sedangkan jihad di jalan Allah juga merupakan bukti penting manusia beriman dan ridha sebagai hamba Allah.
4. Allah hendak memberi pahala yang lebih besar kepada para hamba-Nya.
Semakin besar godaan setan kepada manusia dan dia mampu menghadapinya dengan baik, maka semakin besar pahalanya di sisi Allah (QS. 3 : 195).
5. Agar manusia waspada setiap saat, selalu memperbaiki kesalahan, meningkatkan kualitas ibadah dengan bertaqarrub kepada Allah.
Karena setan senantiasa mengintai kelengahan manusia. Sekejap saja manusia lengah, setan akan masuk, lalu mengacaukan hati dan syahwat. Tapi orang yang selalu waspada, akan senantiasa ingat kepada Allah sehingga setan tidak punya kesempatan untuk mengganggunya.
Jadi, bagi orang yang sudah kuat imannya, gangguan setan itu tidak akan merusak ibadahnya. tetapi malah mempertinggi kualitas iman dan ibadahnya. Masalahnya, tayangan-tayangan setan yang makin marak di televisi, tidak ditonton oleh mereka yang telah kuat imannya, melainkan oleh masyarakat dari berbagai lapisan umur dan kadar iman yang terbanyak masih memerlukan bimbingan. Bagi mereka ini, tayangan-tayangan itu sangat kontra produktif, bahkan bisa mendangkalkan iman mereka. Apakah ini tidak terpikirkan oleh insan pertelevisian kita?
Labels:
FIQIH
Islam Kalimantan
Para ulama awal yang berdakwah di Sumatera dan Jawa melahirkan kader-kader
dakwah yang terus menerus mengalir. Islam masuk ke Kalimantan atau yang lebih
dikenal dengan Borneo kala itu. Di pulau ini, ajaran Islam masuk dari dua
pintu.
Jalur pertama yang membawa Islam masuk ke tanah Borneo adalah jalur Malaka yang dikenal sebagai Kerajaan Islam setelah Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan penjajah Portugis kian membuat dakwah semakin menyebar. Para mubaligh-mubaligh dan komunitas Islam kebanyakan mendiami pesisir Barat Kalimantan.
Jalur lain yang digunakan menyebarkan dakwah Islam adalah para mubaligh yang dikirim dari Tanah Jawa. Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini menemui puncaknya saat Kerajaan Demak berdiri. Demak mengirimkan banyak mubaligh ke negeri ini. Perjalanan dakwah pula yang akhirnya melahirkan Kerajaan Islam Banjar dengan ulama-ulamanya yang besar, salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad al Banjari. (Baca: Empat Sekawan Ulama Besar)
Islam Sulawesi
Ribuan pulau yang ada di Indonesia, sejak lama telah menjalin hubungan dari pulau ke pulau. Baik atas motivasi ekonomi maupun motivasi politik dan kepentingan kerajaan. Hubungan ini pula yang mengantar dakwah menembus dan merambah Celebes atau Sulawesi. Menurut catatan company dagang Portugis yang datang pada tahun 1540 saat datang ke Sulawesi, di tanah ini sudah bisa ditemui pemukiman Muslim di beberapa daerah. Meski belum terlalu besar, namun jalan dakwah terus berlanjut hingga menyentuh raja-raja di Kerajaan Goa yang beribu negeri di Makassar.
Raja Goa pertama yang memeluk Islam adalah Sultan Alaidin al Awwal dan Perdana Menteri atau Wazir besarnya, Karaeng Matopa pada tahun 1603. Sebelumnya, dakwah Islam telah sampai pula pada ayahanda Sultan Alaidin yang bernama Tonigallo dari Sultan Ternate yang lebih dulu memeluk Islam. Namun Tonigallo khawatir jika ia memeluk Islam, ia merasa kerajaannya akan di bawah pengaruh kerajaan Ternate.
Beberapa ulama Kerajaan Goa di masa Sultan Alaidin begitu terkenal karena pemahaman dan aktivitas dakwah mereka. Mereka adalah Khatib Tunggal, Datuk ri Bandang, datuk Patimang dan Datuk ri Tiro. Dapat diketahui dan dilacak dari nama para ulama di atas, yang bergelar datuk-datuk adalah para ulama dan mubaligh asal Minangkabau yang menyebarkan Islam ke Makassar.
Pusat-pusat dakwah yang dibangun oleh Kerajaan Goa inilah yang melanjutkan perjalanan ke wilayah lain sampai ke Kerajaan Bugis, Wajo Sopeng, Sidenreng, Tanette, Luwu dan Paloppo.
Islam Maluku
Kepulauan Maluku yang terkenal kaya dengan hasil bumi yang melimpah membuat wilayah ini sejak zaman antik dikenal dan dikunjungi para pedagang seantero dunia. Karena status itu pula Islam lebih dulu mampir ke Maluku sebelum datang ke Makassar dan kepulauan-kepulauan lainnya.
Kerajaan Ternate adalah kerajaan terbesar di kepulauan ini. Islam masuk ke wilayah ini sejak tahun 1440. Sehingga, saat Portugis mengunjungi Ternate pada tahun 1512, raja ternate adalah seorang Muslim, yakni Bayang Ullah. Kerajaan lain yang juga menjadi representasi Islam di kepulauan ini adalah Kerajaan Tidore yang wilayah teritorialnya cukup luas meliputi sebagian wilayah Halmahera, pesisir Barat kepulauan Papua dan sebagian kepulauan Seram.
Ada juga Kerajaan Bacan. Raja Bacan pertama yang memeluk Islam adalah Raja Zainulabidin yang bersyahadat pada tahun 1521. Di tahun yang sama berdiri pula Kerajaan Jailolo yang juga dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Islam dalam pemerintahannya.
Islam Papua
Beberapa kerajaan di kepulauan Maluku yang wilayah teritorialnya sampai di pulau Papua menjadikan Islam masuk pula di pulau Cendrawasih ini. Banyak kepala-kepala suku di wilayah Waigeo, Misool dan beberapa daerah lain yang di bawah administrasi pemerintahan kerajaan Bacan. Pada periode ini pula, berkat dakwah yang dilakukan kerajaan Bacan, banyak kepala-kepala suku di Pulau Papua memeluk Islam. Namun, dibanding wilayah lain, perkembangan Islam di pulau hitam ini bisa dibilang tak terlalu besar.
Islam Nusa Tenggara
Islam masuk ke wilayah Nusa Tenggara bisa dibilang sejak awal abad ke-16. Hubungan Sumbawa yang baik dengan Kerajaan Makassar membuat Islam turut berlayar pula ke Nusa Tenggara. Sampai kini jejak Islam bisa dilacak dengan meneliti makam seorang mubaligh asal Makassar yang terletak di kota Bima. Begitu juga dengan makam Sultan Bima yang pertama kali memeluk Islam. Bisa disebut, seluruh penduduk Bima adalah para Muslim sejak mula.
Selain Sumbawa, Islam juga masuk ke Lombok. Orang-orang Bugis datang ke Lombok dari Sumbawa dan mengajarkan Islam di sana. Hingga kini, beberapa kata di suku-suku Lombok banyak kesamaannya dengan bahasa Bugis.
Dengan data dan perjalanan Islam di atas, sesungguhnya bisa ditarik kesimpula, bahwa Indonesia adalah negeri Islam. Bahkan, lebih jauh lagi, jika dikaitkan dengan peran Islam di berbagai kerajaan tersebut di atas, Indonesia telah memiliki cikal bakal atau embrio untuk membangun dan menjadi sebuah negara Islam. (Oleh: Herry Nurdi/Sabili)
Jalur pertama yang membawa Islam masuk ke tanah Borneo adalah jalur Malaka yang dikenal sebagai Kerajaan Islam setelah Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan penjajah Portugis kian membuat dakwah semakin menyebar. Para mubaligh-mubaligh dan komunitas Islam kebanyakan mendiami pesisir Barat Kalimantan.
Jalur lain yang digunakan menyebarkan dakwah Islam adalah para mubaligh yang dikirim dari Tanah Jawa. Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini menemui puncaknya saat Kerajaan Demak berdiri. Demak mengirimkan banyak mubaligh ke negeri ini. Perjalanan dakwah pula yang akhirnya melahirkan Kerajaan Islam Banjar dengan ulama-ulamanya yang besar, salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad al Banjari. (Baca: Empat Sekawan Ulama Besar)
Islam Sulawesi
Ribuan pulau yang ada di Indonesia, sejak lama telah menjalin hubungan dari pulau ke pulau. Baik atas motivasi ekonomi maupun motivasi politik dan kepentingan kerajaan. Hubungan ini pula yang mengantar dakwah menembus dan merambah Celebes atau Sulawesi. Menurut catatan company dagang Portugis yang datang pada tahun 1540 saat datang ke Sulawesi, di tanah ini sudah bisa ditemui pemukiman Muslim di beberapa daerah. Meski belum terlalu besar, namun jalan dakwah terus berlanjut hingga menyentuh raja-raja di Kerajaan Goa yang beribu negeri di Makassar.
Raja Goa pertama yang memeluk Islam adalah Sultan Alaidin al Awwal dan Perdana Menteri atau Wazir besarnya, Karaeng Matopa pada tahun 1603. Sebelumnya, dakwah Islam telah sampai pula pada ayahanda Sultan Alaidin yang bernama Tonigallo dari Sultan Ternate yang lebih dulu memeluk Islam. Namun Tonigallo khawatir jika ia memeluk Islam, ia merasa kerajaannya akan di bawah pengaruh kerajaan Ternate.
Beberapa ulama Kerajaan Goa di masa Sultan Alaidin begitu terkenal karena pemahaman dan aktivitas dakwah mereka. Mereka adalah Khatib Tunggal, Datuk ri Bandang, datuk Patimang dan Datuk ri Tiro. Dapat diketahui dan dilacak dari nama para ulama di atas, yang bergelar datuk-datuk adalah para ulama dan mubaligh asal Minangkabau yang menyebarkan Islam ke Makassar.
Pusat-pusat dakwah yang dibangun oleh Kerajaan Goa inilah yang melanjutkan perjalanan ke wilayah lain sampai ke Kerajaan Bugis, Wajo Sopeng, Sidenreng, Tanette, Luwu dan Paloppo.
Islam Maluku
Kepulauan Maluku yang terkenal kaya dengan hasil bumi yang melimpah membuat wilayah ini sejak zaman antik dikenal dan dikunjungi para pedagang seantero dunia. Karena status itu pula Islam lebih dulu mampir ke Maluku sebelum datang ke Makassar dan kepulauan-kepulauan lainnya.
Kerajaan Ternate adalah kerajaan terbesar di kepulauan ini. Islam masuk ke wilayah ini sejak tahun 1440. Sehingga, saat Portugis mengunjungi Ternate pada tahun 1512, raja ternate adalah seorang Muslim, yakni Bayang Ullah. Kerajaan lain yang juga menjadi representasi Islam di kepulauan ini adalah Kerajaan Tidore yang wilayah teritorialnya cukup luas meliputi sebagian wilayah Halmahera, pesisir Barat kepulauan Papua dan sebagian kepulauan Seram.
Ada juga Kerajaan Bacan. Raja Bacan pertama yang memeluk Islam adalah Raja Zainulabidin yang bersyahadat pada tahun 1521. Di tahun yang sama berdiri pula Kerajaan Jailolo yang juga dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Islam dalam pemerintahannya.
Islam Papua
Beberapa kerajaan di kepulauan Maluku yang wilayah teritorialnya sampai di pulau Papua menjadikan Islam masuk pula di pulau Cendrawasih ini. Banyak kepala-kepala suku di wilayah Waigeo, Misool dan beberapa daerah lain yang di bawah administrasi pemerintahan kerajaan Bacan. Pada periode ini pula, berkat dakwah yang dilakukan kerajaan Bacan, banyak kepala-kepala suku di Pulau Papua memeluk Islam. Namun, dibanding wilayah lain, perkembangan Islam di pulau hitam ini bisa dibilang tak terlalu besar.
Islam Nusa Tenggara
Islam masuk ke wilayah Nusa Tenggara bisa dibilang sejak awal abad ke-16. Hubungan Sumbawa yang baik dengan Kerajaan Makassar membuat Islam turut berlayar pula ke Nusa Tenggara. Sampai kini jejak Islam bisa dilacak dengan meneliti makam seorang mubaligh asal Makassar yang terletak di kota Bima. Begitu juga dengan makam Sultan Bima yang pertama kali memeluk Islam. Bisa disebut, seluruh penduduk Bima adalah para Muslim sejak mula.
Selain Sumbawa, Islam juga masuk ke Lombok. Orang-orang Bugis datang ke Lombok dari Sumbawa dan mengajarkan Islam di sana. Hingga kini, beberapa kata di suku-suku Lombok banyak kesamaannya dengan bahasa Bugis.
Dengan data dan perjalanan Islam di atas, sesungguhnya bisa ditarik kesimpula, bahwa Indonesia adalah negeri Islam. Bahkan, lebih jauh lagi, jika dikaitkan dengan peran Islam di berbagai kerajaan tersebut di atas, Indonesia telah memiliki cikal bakal atau embrio untuk membangun dan menjadi sebuah negara Islam. (Oleh: Herry Nurdi/Sabili)
Labels:
SEJARAH ISLAM INDONESIA
PERKAWINAN ADALAH FITRAH KEMANUSIAAN
Agama Islam adalah agama fithrah, dan manusia diciptakan Allah Ta'ala cocok dengan fitrah ini, karena itu Allah Subhanahu wa Ta'ala menyuruh manusia menghadapkan diri ke agama fithrah agar tidak terjadi penyelewengan dan penyimpangan. Sehingga manusia berjalan di atas fithrahnya.
Perkawinan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari itu Islam menganjurkan untuk nikah, karena nikah merupakan gharizah insaniyah (naluri kemanusiaan). Bila gharizah ini tidak dipenuhi dengan jalan yang sah yaitu perkawinan, maka ia akan mencari jalan-jalan syetan yang banyak menjerumuskan ke lembah hitam.
Firman Allah Ta'ala.
"Artinya
: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui". (Ar-Ruum : 30).
A.
Islam Menganjurkan Nikah
Islam telah menjadikan
ikatan perkawinan yang sah berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai
satu-satunya sarana untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang sangat asasi,
dan sarana untuk membina keluarga yang Islami. Penghargaan Islam terhadap ikatan
perkawinan besar sekali, sampai-sampai ikatan itu ditetapkan sebanding dengan
separuh agama. Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata : "Telah bersabda
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Artinya
: Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan
hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi".
(Hadist Riwayat Thabrani dan Hakim).
B.
Islam Tidak Menyukai Membujang
Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras kepada orang
yang tidak mau menikah. Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata : "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk nikah dan melarang kami
membujang dengan larangan yang keras". Dan beliau bersabda :
"Artinya
: Nikahilah perempuan yang banyak anak dan penyayang. Karena aku akan berbangga
dengan banyaknya umatku dihadapan para Nabi kelak di hari kiamat". (Hadits
Riwayat Ahmad dan di shahihkan oleh Ibnu Hibban).
Pernah
suatu ketika tiga orang shahabat datang bertanya kepada istri-istri Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam tentang peribadatan beliau, kemudian setelah
diterangkan, masing-masing ingin meningkatkan peribadatan mereka. Salah seorang
berkata: Adapun saya, akan puasa sepanjang masa tanpa putus. Dan yang lain
berkata: Adapun saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan kawin
selamanya .... Ketika hal itu didengar oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam, beliau keluar seraya bersabda :
"Artinya
: Benarkah kalian telah berkata begini dan begitu, sungguh demi Allah,
sesungguhnya akulah yang paling takut dan taqwa di antara kalian. Akan tetapi
aku berpuasa dan aku berbuka, aku shalat dan aku juga tidur dan aku juga
mengawini perempuan. Maka barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia
tidak termasuk golonganku". (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).
Orang
yang mempunyai akal dan bashirah tidak akan mau menjerumuskan dirinya ke jalan
kesesatan dengan hidup membujang. Kata Syaikh Hussain Muhammad Yusuf : "Hidup
membujang adalah suatu kehidupan yang kering dan gersang, hidup yang tidak
mempunyai makna dan tujuan. Suatu kehidupan yang hampa dari berbagai keutamaan
insani yang pada umumnya ditegakkan atas dasar egoisme dan mementingkan diri
sendiri serta ingin terlepas dari semua tanggung jawab".
Orang yang membujang pada
umumnya hanya hidup untuk dirinya sendiri. Mereka membujang bersama hawa nafsu
yang selalu bergelora, hingga kemurnian semangat dan rohaninya menjadi keruh.
Mereka selalu ada dalam pergolakan melawan fitrahnya, kendatipun ketaqwaan
mereka dapat diandalkan, namun pergolakan yang terjadi secara terus menerus lama
kelamaan akan melemahkan iman dan ketahanan jiwa serta mengganggu kesehatan dan
akan membawanya ke lembah kenistaan. Jadi orang yang enggan menikah baik itu laki-laki atau perempuan, maka mereka itu sebenarnya tergolong orang yang paling sengsara dalam hidup ini. Mereka itu adalah orang yang paling tidak menikmati kebahagiaan hidup, baik kesenangan bersifat sensual maupun spiritual. Mungkin mereka kaya, namun mereka miskin dari karunia Allah.
Islam menolak sistem ke-rahib-an karena sistem tersebut bertentangan dengan fitrah kemanusiaan, dan bahkan sikap itu berarti melawan sunnah dan kodrat Allah Ta'ala yang telah ditetapkan bagi makhluknya. Sikap enggan membina rumah tangga karena takut miskin adalah sikap orang jahil (bodoh), karena semua rezeki sudah diatur oleh Allah sejak manusia berada di alam rahim, dan manusia tidak bisa menteorikan rezeki yang dikaruniakan Allah, misalnya ia berkata : "Bila saya hidup sendiri gaji saya cukup, tapi bila punya istri tidak cukup ?!".
Perkataan ini adalah perkataan yang batil, karena bertentangan dengan ayat-ayat Allah dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah memerintahkan untuk kawin, dan seandainya mereka fakir pasti Allah akan membantu dengan memberi rezeki kepadanya. Allah menjanjikan suatu pertolongan kepada orang yang nikah, dalam firman-Nya:
"Artinya
: Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang
layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika
mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha
Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui".
(An-Nur : 32).
(An-Nur : 32).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam menguatkan janji Allah itu dengan sabdanya :
"Artinya
: Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang
mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka, dan
seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya". (Hadits Riwayat
Ahmad 2 : 251, Nasa'i, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits No. 2518, dan Hakim 2 : 160
dari shahabat Abu Hurairah radliyallahu 'anhu).
Para
Salafus-Shalih sangat menganjurkan untuk nikah dan mereka anti membujang, serta
tidak suka berlama-lama hidup sendiri.
Ibnu Mas'ud radliyallahu
'anhu pernah berkata : "Jika umurku tinggal sepuluh hari lagi, sungguh aku lebih
suka menikah daripada aku harus menemui Allah sebagai seorang bujangan". (Ihya
Ulumuddin dan Tuhfatul 'Arus hal. 20).
Labels:
KELUARGA
ALLAH MEMPERBOLEHKAN UMAT MUHAMMAD MELAKUKAN SUJUD DI HARI QIYAMAT)
Artinya
:
Dari Abu Rurdah dari ayahnya, ia berkata : Rasulullah
saw. bersabda: "Apabila Allah mengumpulkan makhluk pada hari Qiyamat, maka Allah
mengizinkan umat Muhammad untuk bersujud, lalu mereka sujud lama, Kemudian
diucapkan : "Angkatlah kepalamu, karena Kami telah menjadikan hari-harimu itu
sehagai tebusanmu dari neraka (Hadits ditakhrij oleh Ibnu
Majah).
Labels:
HADIST QUDSI
5 S
Suatu saat, adzan
Maghrib tiba. Kami bersegera shalat di sebuah mesjid yang dikenal dengan tempat
mangkalnya aktivis Islam yang mempunyai kesungguhan dalam beribadah. Di sana
tampak beberapa pemuda yang berpakaian “khas Islam” sedang menantikan waktu
shalat. Kemudian, adzan berkumandang dan qamat pun segera diperdengarkan sesudah
shalat sunat. Hal yang menarik adalah begitu sungguh-sungguhnya keinginan imam
muda untuk merapikan shaf. Tanda hitam di dahinya, bekas tanda sujud, membuat
kami segan. Namun, tatkala upaya merapikan shaf dikatakan dengan kata-kata yang
agak ketus tanpa senyuman, “Shaf, shaf, rapikan shafnya!”, suasana shalat
tiba-tiba menjadi tegang karena suara lantang dan keras itu. Karuan saja, pada
waktu shalat menjadi sulit khusyu, betapa pun bacan sang imam begitu bagus
karena terbayang teguran yang keras tadi.
Seusai shalat, beberapa jemaah shalat tadi tidak kuasa menahan lisan untuk saling bertukar ketegangan yang akhirnya disimpulkan, mereka enggan untuk shalat di tempat itu lagi. Pada saat yang lain, sewaktu kami berjalan-jalan di Perth, sebuah negara bagian di Australia, tibalah kami di sebuah taman. Sungguh mengherankan, karena hampir setiap hari berjumpa dengan penduduk asli, mereka tersenyum dengan sangat ramah dan menyapa “Good Morning!” atau sapa dengan tradisinya. Yang semuanya itu dilakukan dengan wajah cerah dan kesopanan. Kami berupaya menjawab sebisanya untuk menutupi kekagetan dan kekaguman. Ini negara yang sering kita sebut negara kaum kafir.
Dua keadaan ini disampaikan tidak untuk meremehkan siapapun tetapi untuk mengevaluasi kita, ternyata luasnya ilmu, kekuatan ibadah, tingginya kedudukan, tidak ada artinya jikalau kita kehilangan perilaku standar yang dicontohkan Rasulullah SAW, sehingga mudah sekali merontokan kewibawaan dakwah itu sendiri.
Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dengan berinteraksi dengan sesama ini, bagaimana kalau kita menyebutnya dengan 5 (lima) S : Senyum, salam, sapa, sopan, dan santun.
Kita harus meneliti relung hati kita jikalau kita tersenyum dengan wajah jernih kita rasanya ikut terimbas bahagia. Kata-kata yang disampaikan dengan senyuman yang tulus, rasanya lebih enak didengar daripada dengan wajah bengis dan ketus. Senyuman menambah manisnya wajah walaupun berkulit sangat gelap dan tua keriput. Yang menjadi pertanyaan, apakah kita termasuk orang yang senang tersenyum untuk orang lain? Mengapa kita berat untuk tersenyum, bahkan dengan orang yang terdekat sekalipun. Padahal Rasulullah yang mulia tidaklah berjumpa dengan orang lain kecuali dalam keadaan wajah yang jernih dan senyum yang tulus. Mengapa kita begitu enggan tersenyum? Kepada orang tua, guru, dan orang-orang yang berada di sekitar kita?
S yang kedua adalah salam. Ketika orang mengucapkan salam kepada kita dengan keikhlasan, rasanya suasana menjadi cair, tiba-tiba kita merasa bersaudara. Kita dengan terburu-buru ingin menjawabnya, di situ ada nuansa tersendiri. Pertanyaannya, mengapa kita begitu enggan untuk lebih dulu mengucapkan salam? Padahal tidak ada resiko apapun. Kita tahu di zaman Rasulullah ada seorang sahabat yang pergi ke pasar, khusus untuk menebarkan salam. Negara kita mayoritas umat Islam, tetapi mengapa kita untuk mendahului mengucapkan salam begitu enggan? Adakah yang salah dalam diri kita?
S ketiga adalah sapa. Mari kita teliti diri kita kalau kita disapa dengan ramah oleh orang lain rasanya suasana jadi akrab dan hangat. Tetapi kalau kita lihat di mesjid, meski duduk seorang jamaah di sebelah kita, toh nyaris kita jarang menyapanya, padahal sama-sama muslim, sama-sama shalat, satu shaf, bahkan berdampingan. Mengapa kita enggan menyapa? Mengapa harus ketus dan keras? Tidakkah kita bisa menyapa getaran kemuliaan yang hadir bersamaan dengan sapaan kita?
S keempat, sopan. Kita selalu terpana dengan orang yang sopan ketika duduk, ketika lewat di depan orang tua. Kita pun menghormatinya. Pertanyaannya, apakah kita termasuk orang yang sopan ketika duduk, berbicara, dan berinteraksi dengan orang-orang yang lebih tua? Sering kita tidak mengukur tingkat kesopanan kita, bahkan kita sering mengorbankannya hanya karena pegal kaki, dengan bersolonjor misalnya. Lalu, kita relakan orang yang di depan kita teremehkan. Patut kiranya kita bertanya pada diri kita, apakah kita orang yang memiliki etika kesopanan atau tidak.
S kelima, santun. Kita pun berdecak kagum melihat orang yang mendahulukan kepentingan orang lain di angkutan umum, di jalanan, atau sedang dalam antrean, demi kebaikan orang lain. Memang orang mengalah memberikan haknya untuk kepentingan orang lain, untuk kebaikan. Ini adalah sebuah pesan tersendiri. Pertanyaannya adalah, sampai sejauh mana kesantunan yang kita miliki? Sejauh mana hak kita telah dinikmati oleh orang lain dan untuk itu kita turut berbahagia? Sejauh mana kelapangdadaan diri kita, sifat pemaaf ataupun kesungguhan kita untuk membalas kebaikan orang yang kurang baik?
Saudara-saudaraku, Islam sudah banyak disampaikan oleh aneka teori dan dalil. Begitu agung dan indah. Yang dibutuhkan sekarang adalah, mana pribadi-pribadi yang indah dan agung itu? Yuk, kita jadikan diri kita sebagai bukti keindahan Islam, walau secara sederhana. Amboi, alangkah indahnya wajah yang jernih, ceria, senyum yang tulus dan ikhlas, membahagiakan siapapun. Betapa nyamannya suasana saat salam hangat ditebar, saling mendo’akan, menyapa dengan ramah, lembut, dan penuh perhatian. Alangkah agungnya pribadi kita, jika penampilan kita selalu sopan dengan siapapun dan dalam kondisi bagaimana pun. Betapa nikmatnya dipandang, jika pribadi kita santun, mau mendahulukan orang lain, rela mengalah dan memberikan haknya, lapang dada,, pemaaf yang tulus, dan ingin membalas keburukan dengan kebaikan serta kemuliaan.
Saudaraku, Insya Allah. Andai diri kita sudah berjuang untuk berperilaku lima S ini, semoga kita termasuk dalam golongan mujahidin dan mujahidah yang akan mengobarkan kemuliaan Islam sebagaimana dicita-citakan Rasulullah SAW, Innama buitsu liutammima makarimal akhlak, “Sesungguhnya aku diutus ke bumi ini untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.***
Seusai shalat, beberapa jemaah shalat tadi tidak kuasa menahan lisan untuk saling bertukar ketegangan yang akhirnya disimpulkan, mereka enggan untuk shalat di tempat itu lagi. Pada saat yang lain, sewaktu kami berjalan-jalan di Perth, sebuah negara bagian di Australia, tibalah kami di sebuah taman. Sungguh mengherankan, karena hampir setiap hari berjumpa dengan penduduk asli, mereka tersenyum dengan sangat ramah dan menyapa “Good Morning!” atau sapa dengan tradisinya. Yang semuanya itu dilakukan dengan wajah cerah dan kesopanan. Kami berupaya menjawab sebisanya untuk menutupi kekagetan dan kekaguman. Ini negara yang sering kita sebut negara kaum kafir.
Dua keadaan ini disampaikan tidak untuk meremehkan siapapun tetapi untuk mengevaluasi kita, ternyata luasnya ilmu, kekuatan ibadah, tingginya kedudukan, tidak ada artinya jikalau kita kehilangan perilaku standar yang dicontohkan Rasulullah SAW, sehingga mudah sekali merontokan kewibawaan dakwah itu sendiri.
Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dengan berinteraksi dengan sesama ini, bagaimana kalau kita menyebutnya dengan 5 (lima) S : Senyum, salam, sapa, sopan, dan santun.
Kita harus meneliti relung hati kita jikalau kita tersenyum dengan wajah jernih kita rasanya ikut terimbas bahagia. Kata-kata yang disampaikan dengan senyuman yang tulus, rasanya lebih enak didengar daripada dengan wajah bengis dan ketus. Senyuman menambah manisnya wajah walaupun berkulit sangat gelap dan tua keriput. Yang menjadi pertanyaan, apakah kita termasuk orang yang senang tersenyum untuk orang lain? Mengapa kita berat untuk tersenyum, bahkan dengan orang yang terdekat sekalipun. Padahal Rasulullah yang mulia tidaklah berjumpa dengan orang lain kecuali dalam keadaan wajah yang jernih dan senyum yang tulus. Mengapa kita begitu enggan tersenyum? Kepada orang tua, guru, dan orang-orang yang berada di sekitar kita?
S yang kedua adalah salam. Ketika orang mengucapkan salam kepada kita dengan keikhlasan, rasanya suasana menjadi cair, tiba-tiba kita merasa bersaudara. Kita dengan terburu-buru ingin menjawabnya, di situ ada nuansa tersendiri. Pertanyaannya, mengapa kita begitu enggan untuk lebih dulu mengucapkan salam? Padahal tidak ada resiko apapun. Kita tahu di zaman Rasulullah ada seorang sahabat yang pergi ke pasar, khusus untuk menebarkan salam. Negara kita mayoritas umat Islam, tetapi mengapa kita untuk mendahului mengucapkan salam begitu enggan? Adakah yang salah dalam diri kita?
S ketiga adalah sapa. Mari kita teliti diri kita kalau kita disapa dengan ramah oleh orang lain rasanya suasana jadi akrab dan hangat. Tetapi kalau kita lihat di mesjid, meski duduk seorang jamaah di sebelah kita, toh nyaris kita jarang menyapanya, padahal sama-sama muslim, sama-sama shalat, satu shaf, bahkan berdampingan. Mengapa kita enggan menyapa? Mengapa harus ketus dan keras? Tidakkah kita bisa menyapa getaran kemuliaan yang hadir bersamaan dengan sapaan kita?
S keempat, sopan. Kita selalu terpana dengan orang yang sopan ketika duduk, ketika lewat di depan orang tua. Kita pun menghormatinya. Pertanyaannya, apakah kita termasuk orang yang sopan ketika duduk, berbicara, dan berinteraksi dengan orang-orang yang lebih tua? Sering kita tidak mengukur tingkat kesopanan kita, bahkan kita sering mengorbankannya hanya karena pegal kaki, dengan bersolonjor misalnya. Lalu, kita relakan orang yang di depan kita teremehkan. Patut kiranya kita bertanya pada diri kita, apakah kita orang yang memiliki etika kesopanan atau tidak.
S kelima, santun. Kita pun berdecak kagum melihat orang yang mendahulukan kepentingan orang lain di angkutan umum, di jalanan, atau sedang dalam antrean, demi kebaikan orang lain. Memang orang mengalah memberikan haknya untuk kepentingan orang lain, untuk kebaikan. Ini adalah sebuah pesan tersendiri. Pertanyaannya adalah, sampai sejauh mana kesantunan yang kita miliki? Sejauh mana hak kita telah dinikmati oleh orang lain dan untuk itu kita turut berbahagia? Sejauh mana kelapangdadaan diri kita, sifat pemaaf ataupun kesungguhan kita untuk membalas kebaikan orang yang kurang baik?
Saudara-saudaraku, Islam sudah banyak disampaikan oleh aneka teori dan dalil. Begitu agung dan indah. Yang dibutuhkan sekarang adalah, mana pribadi-pribadi yang indah dan agung itu? Yuk, kita jadikan diri kita sebagai bukti keindahan Islam, walau secara sederhana. Amboi, alangkah indahnya wajah yang jernih, ceria, senyum yang tulus dan ikhlas, membahagiakan siapapun. Betapa nyamannya suasana saat salam hangat ditebar, saling mendo’akan, menyapa dengan ramah, lembut, dan penuh perhatian. Alangkah agungnya pribadi kita, jika penampilan kita selalu sopan dengan siapapun dan dalam kondisi bagaimana pun. Betapa nikmatnya dipandang, jika pribadi kita santun, mau mendahulukan orang lain, rela mengalah dan memberikan haknya, lapang dada,, pemaaf yang tulus, dan ingin membalas keburukan dengan kebaikan serta kemuliaan.
Saudaraku, Insya Allah. Andai diri kita sudah berjuang untuk berperilaku lima S ini, semoga kita termasuk dalam golongan mujahidin dan mujahidah yang akan mengobarkan kemuliaan Islam sebagaimana dicita-citakan Rasulullah SAW, Innama buitsu liutammima makarimal akhlak, “Sesungguhnya aku diutus ke bumi ini untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.***
Labels:
CERAMAH
Thuma'ninah
(Arrahmah.com) – Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu menuturkan bahwa pada suatu
hari, seorang sahabat masuk ke dalam masjid. Saat itu Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa salam juga tengah berada dalam masjid, tepatnya
di sudut masjid. Sebagai penghormatan terhadap masjid, sahabat tersebut
melakukan shalat sunnah dua raka'at tahiyyatul masjid. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa salam memperhatikan shalat sahabat tersebut.
Usai mengerjakan shalat, sahabat itu mendatangi Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa salam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam
menjawab:
وَعَلَيْكَ السَّلاَمُ، ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ
hari, seorang sahabat masuk ke dalam masjid. Saat itu Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa salam juga tengah berada dalam masjid, tepatnya
di sudut masjid. Sebagai penghormatan terhadap masjid, sahabat tersebut
melakukan shalat sunnah dua raka'at tahiyyatul masjid. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa salam memperhatikan shalat sahabat tersebut.
Usai mengerjakan shalat, sahabat itu mendatangi Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa salam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam
menjawab:
وَعَلَيْكَ السَّلاَمُ، ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ
Labels:
DARI MAILING LIST
Allah Maha PELINDUNG
ٱلَّذِينَ قَالَ لَهُمُ ٱلنَّاسُ إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدْ جَمَعُوا۟ لَكُمْ
فَٱخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَٰنًۭا وَقَالُوا۟ حَسْبُنَا ٱللَّهُ
وَنِعْمَ ٱلْوَكِيلُ
“(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” [Ali 'Imran 173]
حَسْبُنَا ٱللَّهُ وَنِعْمَ ٱلْوَكِيلُ
Itulah ucapan orang-orang yang beriman. Mereka mendapat nikmat dan karunia yang besar dari Allah dan terhindar dari segala bencana:
“Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar” [Ali 'Imran 174]
“(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” [Ali 'Imran 173]
حَسْبُنَا ٱللَّهُ وَنِعْمَ ٱلْوَكِيلُ
Itulah ucapan orang-orang yang beriman. Mereka mendapat nikmat dan karunia yang besar dari Allah dan terhindar dari segala bencana:
“Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar” [Ali 'Imran 174]
Labels:
DARI MAILING LIST
SEDEKAH di jalan Allah
Mohon sebarkan ke yang lain.
Sedekah di Jalan Allah
Sesungguhnya Allah memerintahkan kita untuk bersedekah di jalan Allah:
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” [Al Baqarah 195]
Allah menjanjikan jalan yang mudah/surga bagi orang yang memberikan hartanya di jalan Allah:
“Allah Ta’ala berfirman, ”Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik syurga maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah “. [Al Lail 5-8]
Sedekah di Jalan Allah
Sesungguhnya Allah memerintahkan kita untuk bersedekah di jalan Allah:
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” [Al Baqarah 195]
Allah menjanjikan jalan yang mudah/surga bagi orang yang memberikan hartanya di jalan Allah:
“Allah Ta’ala berfirman, ”Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik syurga maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah “. [Al Lail 5-8]
Labels:
DARI MAILING LIST
WASPADALAH
Download File Presentasi “Aliran Sesat dan Cara Menghindarinya” Gratis
Saat ini begitu marak aliran sesat bermunculan. Banyak orang-orang yang awam dalam masalah agama tersesat. Untuk itu saya membuat file presentasi yang berjudul ”Aliran Sesat dan Cara Menghindarinya” dengan memakai 10 Kriteria Aliran Sesat dari MUI sebagai referensi. File ini bebas untuk diperbaiki dan disebarluaskan.
Saat ini begitu marak aliran sesat bermunculan. Banyak orang-orang yang awam dalam masalah agama tersesat. Untuk itu saya membuat file presentasi yang berjudul ”Aliran Sesat dan Cara Menghindarinya” dengan memakai 10 Kriteria Aliran Sesat dari MUI sebagai referensi. File ini bebas untuk diperbaiki dan disebarluaskan.
Labels:
DARI MAILING LIST
Tanda KEHANCURAN
Sahabat seiman..,
Satu hari hilang yang berikutnya datang, berjuanglah hingga terbayang gambar bukit pahala, sampai terhangus ilalang dosa dan agar terhunus samurai cita. Masihkah jihadmu kau banggakan saat terjajah malas dan kantuk, masihkah kemilau cahaya mutiaramu bersinar mengagumkan meski corak harimu penuh masalah..
Labels:
DARI MAILING LIST
Tak selalu MULUS
ه
Sahabat seiman..,
Satu hari hilang yang berikutnya datang, berjuanglah hingga terbayang gambar bukit pahala, sampai terhangus ilalang dosa dan agar terhunus samurai cita. Masihkah jihadmu kau banggakan saat terjajah malas dan kantuk, masihkah kemilau cahaya mutiaramu bersinar mengagumkan meski corak harimu penuh masalah..
Sahabat seiman..,
Satu hari hilang yang berikutnya datang, berjuanglah hingga terbayang gambar bukit pahala, sampai terhangus ilalang dosa dan agar terhunus samurai cita. Masihkah jihadmu kau banggakan saat terjajah malas dan kantuk, masihkah kemilau cahaya mutiaramu bersinar mengagumkan meski corak harimu penuh masalah..
Labels:
DARI MAILING LIST
Menuju Busana MUSLIMAH sebenarnya
Bertepatan dengan Hijab Day beberapa waktu yang lalu, muncul sebuah
pemikiran tentang busana muslimah..
Untuk muslimah yang sudah berbusana muslimah, mari kita evaluasi kembali,
apakah busana muslimah kita sudah benar?
Berbusana muslimah pada dasarnya bukan sekedar menutup kepala dan menutup
seluruh tubuh dengan pakaian. Yang terpenting adalah bentuk-bentuk tubuhnya
benar-benar tertutup, kecuali bagian-bagian yang memang boleh terbuka,
yaitu wajah dan telapak tangan (walaupun ada juga yang mengenakan cadar).
pemikiran tentang busana muslimah..
Untuk muslimah yang sudah berbusana muslimah, mari kita evaluasi kembali,
apakah busana muslimah kita sudah benar?
Berbusana muslimah pada dasarnya bukan sekedar menutup kepala dan menutup
seluruh tubuh dengan pakaian. Yang terpenting adalah bentuk-bentuk tubuhnya
benar-benar tertutup, kecuali bagian-bagian yang memang boleh terbuka,
yaitu wajah dan telapak tangan (walaupun ada juga yang mengenakan cadar).
Labels:
DARI MAILING LIST
Antara COBAAN dan PASRAH
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Sahabat seiman..!
Di sela-sela hiruk pikuk dan kesibukan pagi, al hamdulillah jika masih dapat kita temukan untaian hikmah. Kala getar hati begitu dahsyat tersentuh kasih sayang-Nya, terharu menatap bentangan nikmat, tersentuh saat ujian menantang. Hati bertanya cukupkah panjangnya berdiri, lamanya ruku' dan sujud, serta telusur tilawah ayat membenteng diri, menghantarkannya pada kemenangan?
Sahabat seiman..,
Kala Allah mengatakan betapa banyak para pejuang penyerta Nabi yang tak kenal lelah, tak jemu, dan tak menyerah saat terrtimpa siksa fii sabilillah.. (Lihat Q.S. Ali Imran: 146) adakah air mata dan darah yang tertumpah karena bertahan tegar tak ingin menukar janji-Nya dengan kotoran dunia. Ataukah perih yang tak terintih, pahit yang tak terjerit, dan peluh tanpa keluh karena tak mau hina mendapat murka-Nya.
Sahabat seiman..,
Kemana malu ini hendak disembunyi, saat pengorbanan masih tersusup riya, kala perjuangan tersumbat iri dan dengki, ketika cita-cita ternodai serakah, dan tatkala prestasi merusak qona'ah membangun dinasti ponggah. Lalu cerdas menjadi picik membela diri dengan berdalih pasrah. Ya Allah, siapa diri ini sebenarnya tanpa bimbingan-Mu? Sahabat, Teruslah berjuang
Mencintai Karena Allah
Seorang isteri menangis ketika memandikan jenazah suaminya .. sambil menangis isteri berkata,
" Inilah janji kami sebagai suami isteri ..
Jika abang pergi lebih dulu maka akulah yang memandikan jenazah abang, Andai aku yang pergi dulu dari abang, abang yang akan memandikan jenazahku ..."
Thursday, September 27, 2012
Amalan Berlipat Pahala
Pertanyaannya kini, bagaimana anda dapat mengumpulkan pahala sebanyak
mungkin melebihi batas umur yang telah ditetapkan. Atau, bagaimana Anda
menggunakan umur - misalnya - 60 tahun dapat menyamai 1.000 tahun, atau
5.000 tahun, atau lebih dari itu.
Ada dua jalan : Pertama, serius mengerjakan amalan yang memiliki pahala berlipat ganda. Kedua, sungguh-sungguh mengerjakan amal yang pahalanya senantiasa mengalir, walaupun pelakunya telah meninggal dunia.
Salah satu amalan yang berpahala dengan berlipat ganda adalah membaca surat tertentu dari Al Quran.
Ada dua jalan : Pertama, serius mengerjakan amalan yang memiliki pahala berlipat ganda. Kedua, sungguh-sungguh mengerjakan amal yang pahalanya senantiasa mengalir, walaupun pelakunya telah meninggal dunia.
Salah satu amalan yang berpahala dengan berlipat ganda adalah membaca surat tertentu dari Al Quran.
TAUHID AL-ASMA' WASH SHIFAT
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Sumber : almanhaj.or.id
Ahlus Sunnah menetapkan apa-apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah tetapkan atas Diri-Nya, baik itu dengan Nama-Nama maupun Sifat-Sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan mensucikan-Nya dari segala aib dan kekurangan, sebagaimana hal tersebut telah disucikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita wajib menetapkan Nama dan Sifat Allah sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur-an dan As-Sunnah, dan tidak boleh ditakwil.
Al-Walid bin Muslim pernah bertanya kepada Imam Malik bin Anas, al-Auza’i, al-Laits bin Sa’ad dan Sufyan ats-Tsauri tentang berita yang datang mengenai Sifat-Sifat Allah, mereka semua menjawab:
أَمِرُّوْ هَا كَمَا جَاءَتْ بِلاَ كَيْفَ.
“Perlakukanlah Sifat-Sifat Allah secara apa adanya dan janganlah engkau persoalkan (jangan engkau tanyakan tentang bagaimana sifat itu).” [1]
Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata:
آمَنْتُ بِاللهِ، وَبِمَا جَاءَ عَنِ اللهِ عَلَى مُرَادِ اللهِ، وَآمَنْتُ بِرَسُوْلِ اللهِ وَبِمَا جَاءَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ عَلَى مُرَادِ رَسُوْلِ اللهِ.
“Aku beriman kepada Allah dan kepada apa-apa yang datang dari Allah sesuai dengan apa yang diinginkan-Nya dan aku beriman kepada Rasulullah dan kepada apa-apa yang datang dari beliau, sesuai dengan apa yang dimaksud oleh Rasulullah”[2]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Manhaj Salaf dan para Imam Ahlus Sunnah mengimani Tauhid al-Asma’ wash Shifat dengan menetapkan apa-apa yang telah Allah tetapkan atas Diri-Nya dan telah ditetapkan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi-Nya, tanpa tahrif [3] dan ta’thil [4] serta tanpa takyif [5] dan tamtsil [6]. Menetapkan tanpa tamtsil, menyucikan tanpa ta’thil, menetapkan semua Sifat-Sifat Allah dan menafikan persamaan Sifat-Sifat Allah dengan makhluk-Nya.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” [Asy-Syuura: 11]
Lafazh ayat لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىْءٌ “Tidak ada yang serupa dengan-Nya,” merupakan bantahan kepada golongan yang menyamakan Sifat-Sifat Allah dengan makhluk-Nya.
Sedangkan lafazh ayat وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ “Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat,” adalah bantahan kepada orang-orang yang menafikan (mengingkari) Sifat-Sifat Allah.
I’tiqad Ahlus Sunnah dalam masalah Sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala didasari atas dua prinsip:
Pertama: Bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala wajib disucikan dari semua nama dan sifat kekurangan secara mutlak, seperti ngantuk, tidur, lemah, bodoh, mati, dan lainnya.
Kedua: Allah mempunyai nama dan sifat yang sempurna yang tidak ada kekurangan sedikit pun juga, tidak ada sesuatu pun dari makhluk yang menyamai Sifat-Sifat Allah.” [7]
Ahlus Sunnah wal Jama’ah tidak menolak nama-nama dan sifat-sifat yang disebutkan Allah untuk Diri-Nya, tidak menye-lewengkan kalam Allah Subhanahu wa Ta'ala dari kedudukan yang semestinya, tidak mengingkari tentang Asma’ (Nama-Nama) dan ayat-ayat-Nya, tidak menanyakan tentang bagaimana Sifat Allah, serta tidak pula menyamakan Sifat-Nya dengan sifat makhluk-Nya.
Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengimani bahwa Allah Azza wa Jalla tidak sama dengan sesuatu apapun juga. Hal itu karena tidak ada yang serupa, setara dan tidak ada yang sebanding dengan-Nya, serta Allah tidak dapat diqiyaskan dengan makhluk-Nya.
Yang demikian itu dikarenakan hanya Allah Azza wa Jalla sajalah yang lebih tahu akan Diri-Nya dan selain Diri-Nya. Dia-lah yang lebih benar firman-Nya, dan lebih baik Kalam-Nya daripada seluruh makhluk-Nya, kemudian para Rasul-Nya adalah orang-orang yang benar, jujur, dan juga yang dibenarkan sabdanya. Berbeda dengan orang-orang yang mengatakan terhadap Allah Azza wa Jalla apa yang tidak mereka ketahui, karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Mahasuci Rabb-mu, Yang memiliki keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para Rasul, dan segala puji bagi Allah Rabb sekalian alam.” [Ash-Shaffaat: 180-182]
Allah Azza wa Jalla dalam ayat ini menyucikan Diri-Nya, dari apa yang disifatkan untuk-Nya oleh penentang-penentang para Rasul-Nya. Kemudian Allah Azza wa Jalla melimpahkan salam sejahtera kepada para Rasul karena bersihnya perkataan mereka dari hal-hal yang mengurangi dan menodai keagungan Sifat Allah.[8]
Dalam menuturkan Asma’dan Sifat-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memadukan antara an-nafyu wal itsbat (menolak dan menetapkan) [9]. Maka Ahlus Sunnah wal Jama’ah tidak menyimpang dari ajaran yang dibawa oleh para Rasul, karena itu adalah jalan yang lurus (ash-Shiraathul Mustaqiim), jalannya orang-orang yang Allah karuniai nikmat, yaitu jalannya para Nabi, shiddiqin, syuhada' dan shalihin.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(-Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi, para shiddiiqiin, para syuhadaa’ dan para shaalihiin. Dan mereka itulah sebaik-baik teman.” [An-Nisaa': 69]
Ahlus Sunnah wal Jama’ah berpegang dan menempuh jalan orang-orang yang Allah beri nikmat atas mereka. Dengan berpegang kepada jalan ini, maka sempurnalah nikmat yang mereka dapatkan berupa ‘aqidah, adab dan akhlak. Adapun orang-orang yang menempuh selain jalan mereka, maka mereka pasti akan menyimpang dalam masalah ‘aqidah, adab dan akhlak.[10]
[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi'i, Po Box 7803/JACC 13340A Jakarta, Cetakan Ketiga 1427H/Juni 2006M]
_______
Footnote
[1]. Diriwayatkan oleh Imam Abu Bakar al-Khallal dalam Kitaabus Sunnah (no. 313), al-Lalika-i (no. 930). Lihat Fatawa Hamawiyyah Kubra (hal. 303, cet. I, 1419 H) oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, tahqiq Hamd bin ‘Abdil Muhsin at-Tuwaijiri dan Mukhtasharul ‘Uluww lil ‘Aliyyil Ghaffaar (hal. 142 no. 134). Sanadnya shahih. Lihat Fat-hul Baari (XIII/407).
[2]. Lihat Lum’atul I’tiqaad oleh Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi dan Syarahnya (hal. 36) oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin dan ar-Risalah al-Madaniyah (hal. 27) oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, tahqiq al-Walid bin ‘Abdir-rahman al-Furayyan.
[3]. Tahrif atau ta’wil yaitu merubah lafazh Nama dan Sifat, atau merubah maknanya, atau menyelewengkan dari makna yang sebenarnya.
[4]. Ta’thil yaitu menghilangkan dan menafikan Sifat-Sifat Allah atau mengingkari seluruh atau sebagian Sifat-Sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Perbedaan antara tahrif dan ta’thil ialah, bahwa ta’thil itu mengingkari atau menafikan makna yang sebenarnya yang dikandung oleh suatu nash dari Al-Qur-an atau hadits Nabi j, sedangkan tahrif adalah, merubah lafazh atau makna, dari makna yang sebenarnya yang terkandung dalam nash tersebut.
[5]. Takyif yaitu menerangkan keadaan yang ada padanya sifat atau mempertanyakan: “Bagaimana Sifat Allah itu?” Atau menentukan bahwa Sifat Allah itu hakekatnya begini, seperti menanyakan: “Bagaimana Allah bersemayam?” Dan yang seperti-nya, karena berbicara tentang sifat sama juga berbicara tentang dzat. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala mempunyai Dzat yang kita tidak mengetahui kaifiyatnya. Dan hanya Allah Subhanahu wa Ta'ala yang mengetahui dan kita wajib mengimani tentang hakikat maknanya.
[6]. Tamtsil sama dengan Tasybih, yaitu mempersamakan atau menyerupakan Sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan makhluk-Nya. Lihat Syrahul ‘Aqiidah al-Waasithiyyah (I/86-102) oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, Syarhul ‘Aqiidah al-Waasithiyyah (hal 66-69) oleh Syaikh Muhammad Khalil Hirras, tahqiq ‘Alwi as-Saqqaf, at-Tanbiihaatul Lathiifah ‘alaa Mahtawat ‘alaihil ‘Aqiidah al-Waasithiyyah (hal 15-18) oleh Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, tahqiq Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz, al-Kawaasyif al-Jaliyyah ‘an Ma’aanil Waasithiyah oleh Syaikh ‘Abdul ‘Aziz as-Salman (hal. 80-94).
[7]. Lihat Minhaajus Sunnah (II/111, 523), tahqiq Dr. Muhammad Rasyad Salim.
[8]. Lihat at-Tanbiihaat al-Lathiifah hal. 15-16.
[9]. Maksudnya, Allah memadukan kedua hal ini ketika menjelaskan Sifat-Sifat-Nya dalam Al-Qur-an. Tidak hanya menggunakan Nafyu saja atau Itsbat saja.
Nafyu (penolakan) dalam Al-Qur-an secara garis besarnya menolak adanya ke-samaan atau keserupaan antara Allah dengan makhluk-Nya, baik dalam Dzat maupun sifat, serta menolak adanya sifat tercela dan tidak sempurna bagi Allah. Nafyu bukanlah semata-mata menolak, tetapi penolakan yang di dalamnya terkandung suatu penetapan sifat kesempurnaan bagi Allah, misalnya disebutkan dalam Al-Qur-an bahwa Allah tidak mengantuk dan tidak tidur, maka ini menunjukkan sifat hidup yang sempurna bagi Allah.
Itsbat (penetapan), yaitu menetapkan Sifat Allah yang mujmal (global), seperti pujian dan kesempurnaan yang mutlak bagi Allah dan juga menetapkan Sifat-Sifat Allah yang rinci seperti ilmu-Nya, kekuasaan-Nya, hikmah-Nya, rahmat-Nya dan yang seperti itu. (Lihat Syarhul ‘Aqiidah al-Waasithiyyah oleh Khalil Hirras, tahqiq Alwi as-Saqqaf, hal. 76-78).
[10]. Lihat at-Tanbiihaatul Lathiifah (hal. 19-21).
Ketujuh:
KAIDAH TENTANG SIFAT-SIFAT ALLAH JALLA JALALUHU MENURUT AHLUS SUNNAH
Sifat-sifat yang disebutkan Allah tentang Diri-Nya ada dua macam: Sifat Tsubutiyyah dan Sifat Salbiyyah.
Pertama: Sifat Tsubutiyyah
Sifat Tsubutiyyah adalah setiap sifat yang ditetapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi Diri-Nya di dalam Al-Qur-an atau melalui sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semua sifat-sifat ini adalah sifat kesempurnaan, serta tidak menunjukkan sama sekali adanya cela dan kekurangan. Contohnya: Hayaah (hidup): ‘Ilmu (mengetahui), Qudrah (ber-kuasa), Istiwaa’ (bersemayam) di atas ‘Arsy, Nuzuul (turun) ke langit terendah, Wajh (wajah), Yad (tangan) dan lain-lainnya.
Sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut wajib ditetapkan benar-benar sebagai milik Allah sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya, berdasarkan dalil naqli dan ‘aqli.
Sifat Tsubutiyyah ada dua macam: Dzaatiyah dan Fi’liyah.
Sifat Dzaatiyyah adalah sifat yang senantiasa dan selamanya tetap ada pada Diri Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seperti, Hayaah (hidup), Kalam (berbicara): ‘Ilmu (mengetahui), Qudrah (berkuasa), Iradah (ke-inginan), Sami’ (pendengaran), Bashar (penglihatan), Izzah (kemuliaan, keperkasaan), Hikmah (kebijaksanaan): ‘Uluw (ketinggian, di atas makhluk): ‘Azhamah (keagungan). Dan yang termasuk dalam sifat ini adalah Sifat Khabariyyah seperti adanya wajah, yadan (dua tangan) dan ‘ainan (dua mata).
Sifat Fi’liyyah adalah sifat yang terikat dengan masyi-ah (kehendak) Allah Azza wa Jalla, seperti Istiwa’ (bersemayam) di atas ‘Arsy dan Nuzul (turun) ke langit terendah, atau pun datang pada hari Kiamat, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:
وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا
“Dan datanglah Rabb-mu, sedang Malaikat berbaris-baris.” [Al-Fajr: 22]
Suatu sifat bisa menjadi sifat dzaatiyyah-fi’liyyah ditinjau dari dua segi, yaitu asal (pokok) dan perbuatannya. Seperti sifat Kalaam (pembicaraan), apabila ditinjau dari segi asal atau pokoknya adalah sifat dzaatiyyah karena Allah Azza wa Jalla selamanya akan tetap berbicara, tetapi jika ditinjau dari segi satu persatu terjadinya Kalaam adalah sifat fi’liyyah karena terikat dengan masyi-ah (kehendak), dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berbicara apa saja yang Dia kehendaki jika Dia menghendaki.
Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
“Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berfirman kepadanya: ‘Jadilah,’ maka terjadilah.” [Yaasiin: 82]
Setiap Sifat Allah yang terikat dengan masyii-ah (kehendak-Nya) adalah mengikuti hikmah-Nya. Hikmah ini terkadang dapat kita ketahui, tetapi terkadang tidak mampu kita pahami, namun kita benar-benar yakin bahwa Allah Azza wa Jalla tidak menghendaki sesuatu melainkan apa yang dikehendaki-Nya, itu pun sesuai hikmah-Nya. Seperti yang Allah isyaratkan melalui firman-Nya:
وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا
“Dan kamu tidak menghendaki (menempuh jalan itu), kecuali jika Allah kehendaki. Sesungguhnya Allah adalah Mahamengetahui lagi Mahabijaksana.” [Al-Insaan: 30]
Kedua: Sifat Salbiyyah
Sifat Salbiyyah adalah setiap sifat yang dinafikan (ditolak) Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi Diri-Nya melalui Al-Qur-an atau sabda Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan seluruh sifat ini adalah sifat kekurangan dan ter-cela bagi Allah, contohnya; maut (mati, tidak hidup), naum (tidur), jahl (bodoh), nis-yan (kelupaan): ‘ajz (kelemahan, ketidakmampuan), ta’ab (kecapekan, kelelahan). Sifat-sifat tersebut wajib dinafikan (ditolak) dari Allah Azza wa Jalla berdasarkan keterangan di atas, dengan disertai penetapan sifat kebalikannya secara sempurna. Misalnya, menafikan maut (mati) dan naum (tidur) berarti menetapkan kebalikannya bahwasanya Allah Dzat Yang Mahahidup dengan sempurna, menafikan jahl (kebodohan) berarti menetapkan bahwasanya Allah Dzat Yang Mahamengetahui dengan ilmu-Nya yang sempurna.[1]
[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi'i, Po Box 7803/JACC 13340A Jakarta, Cetakan Ketiga 1427H/Juni 2006M]
_______
Footnote
[1]. Lihat at-Tanbiihatul Lathiifah ‘alaa Mahtawat ‘alaihil ‘Aqiidah al-Waasithiyyah minal Mabaahiits al-Muniifah (hal. 40, 47) oleh Syaikh as-Sa’di, al-Qawaa’idul Mutsla fii Shifaatilaahi wa Asmaa-ihil Husnaa (hal. 59-63) oleh Syaikh Muhammad al-‘Utsaimin dan Syarhul ‘Aqiidah al-Waasithiyyah oleh Khalil Hiras (hal. 159-160) dan Madkhaal lidiraasatil ‘Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (hal. 91-92).
From: daarut-tauhiid@yahoogroups.com [mailto:daarut-tauhiid@ yahoogroups.com] On Behalf Of A Nizami
Sent: Thursday, August 09, 2012 8:34 AM
To: daarut-tauhiid@yahoogroups.com
Subject: [daarut-tauhiid] Allah Maha Pengasih (الرَّحْمَنِ / Ar Rahman)
Assalamu'alaikum wr wb,
Allah Maha Pengasih (الرَّحْمَنِ / Ar Rahman)
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Begitulah di setiap surat Al Qur’an (kecuali surat At Taubah) dituliskan kalimat Basmallah.
Allah Maha Pengasih.
Kelihatannya begitu ringan. Namun mari kita dalami maknanya.
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An Nahl: 78)
“Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur” [Al Mu’minuun 78]
“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah.” Maka katakanlah “Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?” [Yunus 31]
Coba kita renungi diri kita. Siapakah yang telah menciptakan kedua mata kita? Kedua telinga kita? Mulut kita? Kaki dan tangan kita? Allah bukan? Mengapakah kita tidak mau bersyukur?
Allah yang menurunkan air sehingga kita bisa memakainya untuk minum, mandi, mencuci, dan sebagainya:
“Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan?” [Al Waqi'ah 68-69]
Setiap hari kita minum sekitar 8 gelas sehari. Jika kita beli Aqua gelas, berarti Rp 4 ribu/hari habis untuk minum. Dalam 60 tahun, sebesar Rp 87,6 juta (40 ribu dinar) kita habiskan untuk air minum. Jika air PAM per bulannya Rp 240 ribu, berarti dalam 60 tahun kita menghabiskan Rp 174 juta lebih untuk air PAM. Jika tak bayar, anda tak bisa minum dan saluran PAM diputus.
Sedang Allah memberi kita air secara cuma-cuma. Tidakkah Allah itu Maha Pengasih?
Allah juga yang menciptakan tanam-tanaman yang kita makan seperti padi, gandum, kurma, dan sebagainya:
“Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya?” [Al Waqi'ah 63-64]
Bayangkan jika Allah tidak menciptakan tanaman yang menjadi makanan kita seperti padi. Bagaimana nasib kita? Masihkan kita meragukan sifat Pengasih Allah?
Allah yang menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang ada di situ:
“Dan di antara ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) -Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya.” [Asy Syura' 29]
Sebagian binatang itu bisa kita makan seperti sapi, kambing, ayam, ikan, dan sebagainya. Sebagian lain seperti unta dan kuda bisa kita tunggangi. Dan banyak lagi yang lainnya.
Allah memberikan segalanya untuk kita. Mulai dari bumi, langit, tubuh kita, makanan, harta, orang tua, pasangan hidup, dan juga anak cucu. Jika kita coba hitung nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, niscaya kita tidak akan sanggup!
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat lalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” [Ibrahim 34]
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan hak. Maha Tinggi Allah daripada apa yang mereka persekutukan.
Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.
Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan.
Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan.
Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.
Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada yang bengkok. Dan jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya (kepada jalan yang benar).
Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.
Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya),
dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran.
Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.
Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak guncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk,
dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.
Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [An Nahl 3-18]
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Sumber : almanhaj.or.id
Ahlus Sunnah menetapkan apa-apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah tetapkan atas Diri-Nya, baik itu dengan Nama-Nama maupun Sifat-Sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan mensucikan-Nya dari segala aib dan kekurangan, sebagaimana hal tersebut telah disucikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita wajib menetapkan Nama dan Sifat Allah sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur-an dan As-Sunnah, dan tidak boleh ditakwil.
Al-Walid bin Muslim pernah bertanya kepada Imam Malik bin Anas, al-Auza’i, al-Laits bin Sa’ad dan Sufyan ats-Tsauri tentang berita yang datang mengenai Sifat-Sifat Allah, mereka semua menjawab:
أَمِرُّوْ هَا كَمَا جَاءَتْ بِلاَ كَيْفَ.
“Perlakukanlah Sifat-Sifat Allah secara apa adanya dan janganlah engkau persoalkan (jangan engkau tanyakan tentang bagaimana sifat itu).” [1]
Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata:
آمَنْتُ بِاللهِ، وَبِمَا جَاءَ عَنِ اللهِ عَلَى مُرَادِ اللهِ، وَآمَنْتُ بِرَسُوْلِ اللهِ وَبِمَا جَاءَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ عَلَى مُرَادِ رَسُوْلِ اللهِ.
“Aku beriman kepada Allah dan kepada apa-apa yang datang dari Allah sesuai dengan apa yang diinginkan-Nya dan aku beriman kepada Rasulullah dan kepada apa-apa yang datang dari beliau, sesuai dengan apa yang dimaksud oleh Rasulullah”[2]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Manhaj Salaf dan para Imam Ahlus Sunnah mengimani Tauhid al-Asma’ wash Shifat dengan menetapkan apa-apa yang telah Allah tetapkan atas Diri-Nya dan telah ditetapkan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi-Nya, tanpa tahrif [3] dan ta’thil [4] serta tanpa takyif [5] dan tamtsil [6]. Menetapkan tanpa tamtsil, menyucikan tanpa ta’thil, menetapkan semua Sifat-Sifat Allah dan menafikan persamaan Sifat-Sifat Allah dengan makhluk-Nya.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” [Asy-Syuura: 11]
Lafazh ayat لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىْءٌ “Tidak ada yang serupa dengan-Nya,” merupakan bantahan kepada golongan yang menyamakan Sifat-Sifat Allah dengan makhluk-Nya.
Sedangkan lafazh ayat وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ “Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat,” adalah bantahan kepada orang-orang yang menafikan (mengingkari) Sifat-Sifat Allah.
I’tiqad Ahlus Sunnah dalam masalah Sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala didasari atas dua prinsip:
Pertama: Bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala wajib disucikan dari semua nama dan sifat kekurangan secara mutlak, seperti ngantuk, tidur, lemah, bodoh, mati, dan lainnya.
Kedua: Allah mempunyai nama dan sifat yang sempurna yang tidak ada kekurangan sedikit pun juga, tidak ada sesuatu pun dari makhluk yang menyamai Sifat-Sifat Allah.” [7]
Ahlus Sunnah wal Jama’ah tidak menolak nama-nama dan sifat-sifat yang disebutkan Allah untuk Diri-Nya, tidak menye-lewengkan kalam Allah Subhanahu wa Ta'ala dari kedudukan yang semestinya, tidak mengingkari tentang Asma’ (Nama-Nama) dan ayat-ayat-Nya, tidak menanyakan tentang bagaimana Sifat Allah, serta tidak pula menyamakan Sifat-Nya dengan sifat makhluk-Nya.
Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengimani bahwa Allah Azza wa Jalla tidak sama dengan sesuatu apapun juga. Hal itu karena tidak ada yang serupa, setara dan tidak ada yang sebanding dengan-Nya, serta Allah tidak dapat diqiyaskan dengan makhluk-Nya.
Yang demikian itu dikarenakan hanya Allah Azza wa Jalla sajalah yang lebih tahu akan Diri-Nya dan selain Diri-Nya. Dia-lah yang lebih benar firman-Nya, dan lebih baik Kalam-Nya daripada seluruh makhluk-Nya, kemudian para Rasul-Nya adalah orang-orang yang benar, jujur, dan juga yang dibenarkan sabdanya. Berbeda dengan orang-orang yang mengatakan terhadap Allah Azza wa Jalla apa yang tidak mereka ketahui, karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Mahasuci Rabb-mu, Yang memiliki keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para Rasul, dan segala puji bagi Allah Rabb sekalian alam.” [Ash-Shaffaat: 180-182]
Allah Azza wa Jalla dalam ayat ini menyucikan Diri-Nya, dari apa yang disifatkan untuk-Nya oleh penentang-penentang para Rasul-Nya. Kemudian Allah Azza wa Jalla melimpahkan salam sejahtera kepada para Rasul karena bersihnya perkataan mereka dari hal-hal yang mengurangi dan menodai keagungan Sifat Allah.[8]
Dalam menuturkan Asma’dan Sifat-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memadukan antara an-nafyu wal itsbat (menolak dan menetapkan) [9]. Maka Ahlus Sunnah wal Jama’ah tidak menyimpang dari ajaran yang dibawa oleh para Rasul, karena itu adalah jalan yang lurus (ash-Shiraathul Mustaqiim), jalannya orang-orang yang Allah karuniai nikmat, yaitu jalannya para Nabi, shiddiqin, syuhada' dan shalihin.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(-Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi, para shiddiiqiin, para syuhadaa’ dan para shaalihiin. Dan mereka itulah sebaik-baik teman.” [An-Nisaa': 69]
Ahlus Sunnah wal Jama’ah berpegang dan menempuh jalan orang-orang yang Allah beri nikmat atas mereka. Dengan berpegang kepada jalan ini, maka sempurnalah nikmat yang mereka dapatkan berupa ‘aqidah, adab dan akhlak. Adapun orang-orang yang menempuh selain jalan mereka, maka mereka pasti akan menyimpang dalam masalah ‘aqidah, adab dan akhlak.[10]
[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi'i, Po Box 7803/JACC 13340A Jakarta, Cetakan Ketiga 1427H/Juni 2006M]
_______
Footnote
[1]. Diriwayatkan oleh Imam Abu Bakar al-Khallal dalam Kitaabus Sunnah (no. 313), al-Lalika-i (no. 930). Lihat Fatawa Hamawiyyah Kubra (hal. 303, cet. I, 1419 H) oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, tahqiq Hamd bin ‘Abdil Muhsin at-Tuwaijiri dan Mukhtasharul ‘Uluww lil ‘Aliyyil Ghaffaar (hal. 142 no. 134). Sanadnya shahih. Lihat Fat-hul Baari (XIII/407).
[2]. Lihat Lum’atul I’tiqaad oleh Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi dan Syarahnya (hal. 36) oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin dan ar-Risalah al-Madaniyah (hal. 27) oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, tahqiq al-Walid bin ‘Abdir-rahman al-Furayyan.
[3]. Tahrif atau ta’wil yaitu merubah lafazh Nama dan Sifat, atau merubah maknanya, atau menyelewengkan dari makna yang sebenarnya.
[4]. Ta’thil yaitu menghilangkan dan menafikan Sifat-Sifat Allah atau mengingkari seluruh atau sebagian Sifat-Sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Perbedaan antara tahrif dan ta’thil ialah, bahwa ta’thil itu mengingkari atau menafikan makna yang sebenarnya yang dikandung oleh suatu nash dari Al-Qur-an atau hadits Nabi j, sedangkan tahrif adalah, merubah lafazh atau makna, dari makna yang sebenarnya yang terkandung dalam nash tersebut.
[5]. Takyif yaitu menerangkan keadaan yang ada padanya sifat atau mempertanyakan: “Bagaimana Sifat Allah itu?” Atau menentukan bahwa Sifat Allah itu hakekatnya begini, seperti menanyakan: “Bagaimana Allah bersemayam?” Dan yang seperti-nya, karena berbicara tentang sifat sama juga berbicara tentang dzat. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala mempunyai Dzat yang kita tidak mengetahui kaifiyatnya. Dan hanya Allah Subhanahu wa Ta'ala yang mengetahui dan kita wajib mengimani tentang hakikat maknanya.
[6]. Tamtsil sama dengan Tasybih, yaitu mempersamakan atau menyerupakan Sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan makhluk-Nya. Lihat Syrahul ‘Aqiidah al-Waasithiyyah (I/86-102) oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, Syarhul ‘Aqiidah al-Waasithiyyah (hal 66-69) oleh Syaikh Muhammad Khalil Hirras, tahqiq ‘Alwi as-Saqqaf, at-Tanbiihaatul Lathiifah ‘alaa Mahtawat ‘alaihil ‘Aqiidah al-Waasithiyyah (hal 15-18) oleh Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, tahqiq Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz, al-Kawaasyif al-Jaliyyah ‘an Ma’aanil Waasithiyah oleh Syaikh ‘Abdul ‘Aziz as-Salman (hal. 80-94).
[7]. Lihat Minhaajus Sunnah (II/111, 523), tahqiq Dr. Muhammad Rasyad Salim.
[8]. Lihat at-Tanbiihaat al-Lathiifah hal. 15-16.
[9]. Maksudnya, Allah memadukan kedua hal ini ketika menjelaskan Sifat-Sifat-Nya dalam Al-Qur-an. Tidak hanya menggunakan Nafyu saja atau Itsbat saja.
Nafyu (penolakan) dalam Al-Qur-an secara garis besarnya menolak adanya ke-samaan atau keserupaan antara Allah dengan makhluk-Nya, baik dalam Dzat maupun sifat, serta menolak adanya sifat tercela dan tidak sempurna bagi Allah. Nafyu bukanlah semata-mata menolak, tetapi penolakan yang di dalamnya terkandung suatu penetapan sifat kesempurnaan bagi Allah, misalnya disebutkan dalam Al-Qur-an bahwa Allah tidak mengantuk dan tidak tidur, maka ini menunjukkan sifat hidup yang sempurna bagi Allah.
Itsbat (penetapan), yaitu menetapkan Sifat Allah yang mujmal (global), seperti pujian dan kesempurnaan yang mutlak bagi Allah dan juga menetapkan Sifat-Sifat Allah yang rinci seperti ilmu-Nya, kekuasaan-Nya, hikmah-Nya, rahmat-Nya dan yang seperti itu. (Lihat Syarhul ‘Aqiidah al-Waasithiyyah oleh Khalil Hirras, tahqiq Alwi as-Saqqaf, hal. 76-78).
[10]. Lihat at-Tanbiihaatul Lathiifah (hal. 19-21).
Ketujuh:
KAIDAH TENTANG SIFAT-SIFAT ALLAH JALLA JALALUHU MENURUT AHLUS SUNNAH
Sifat-sifat yang disebutkan Allah tentang Diri-Nya ada dua macam: Sifat Tsubutiyyah dan Sifat Salbiyyah.
Pertama: Sifat Tsubutiyyah
Sifat Tsubutiyyah adalah setiap sifat yang ditetapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi Diri-Nya di dalam Al-Qur-an atau melalui sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semua sifat-sifat ini adalah sifat kesempurnaan, serta tidak menunjukkan sama sekali adanya cela dan kekurangan. Contohnya: Hayaah (hidup): ‘Ilmu (mengetahui), Qudrah (ber-kuasa), Istiwaa’ (bersemayam) di atas ‘Arsy, Nuzuul (turun) ke langit terendah, Wajh (wajah), Yad (tangan) dan lain-lainnya.
Sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut wajib ditetapkan benar-benar sebagai milik Allah sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya, berdasarkan dalil naqli dan ‘aqli.
Sifat Tsubutiyyah ada dua macam: Dzaatiyah dan Fi’liyah.
Sifat Dzaatiyyah adalah sifat yang senantiasa dan selamanya tetap ada pada Diri Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seperti, Hayaah (hidup), Kalam (berbicara): ‘Ilmu (mengetahui), Qudrah (berkuasa), Iradah (ke-inginan), Sami’ (pendengaran), Bashar (penglihatan), Izzah (kemuliaan, keperkasaan), Hikmah (kebijaksanaan): ‘Uluw (ketinggian, di atas makhluk): ‘Azhamah (keagungan). Dan yang termasuk dalam sifat ini adalah Sifat Khabariyyah seperti adanya wajah, yadan (dua tangan) dan ‘ainan (dua mata).
Sifat Fi’liyyah adalah sifat yang terikat dengan masyi-ah (kehendak) Allah Azza wa Jalla, seperti Istiwa’ (bersemayam) di atas ‘Arsy dan Nuzul (turun) ke langit terendah, atau pun datang pada hari Kiamat, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:
وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا
“Dan datanglah Rabb-mu, sedang Malaikat berbaris-baris.” [Al-Fajr: 22]
Suatu sifat bisa menjadi sifat dzaatiyyah-fi’liyyah ditinjau dari dua segi, yaitu asal (pokok) dan perbuatannya. Seperti sifat Kalaam (pembicaraan), apabila ditinjau dari segi asal atau pokoknya adalah sifat dzaatiyyah karena Allah Azza wa Jalla selamanya akan tetap berbicara, tetapi jika ditinjau dari segi satu persatu terjadinya Kalaam adalah sifat fi’liyyah karena terikat dengan masyi-ah (kehendak), dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berbicara apa saja yang Dia kehendaki jika Dia menghendaki.
Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
“Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berfirman kepadanya: ‘Jadilah,’ maka terjadilah.” [Yaasiin: 82]
Setiap Sifat Allah yang terikat dengan masyii-ah (kehendak-Nya) adalah mengikuti hikmah-Nya. Hikmah ini terkadang dapat kita ketahui, tetapi terkadang tidak mampu kita pahami, namun kita benar-benar yakin bahwa Allah Azza wa Jalla tidak menghendaki sesuatu melainkan apa yang dikehendaki-Nya, itu pun sesuai hikmah-Nya. Seperti yang Allah isyaratkan melalui firman-Nya:
وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا
“Dan kamu tidak menghendaki (menempuh jalan itu), kecuali jika Allah kehendaki. Sesungguhnya Allah adalah Mahamengetahui lagi Mahabijaksana.” [Al-Insaan: 30]
Kedua: Sifat Salbiyyah
Sifat Salbiyyah adalah setiap sifat yang dinafikan (ditolak) Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi Diri-Nya melalui Al-Qur-an atau sabda Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan seluruh sifat ini adalah sifat kekurangan dan ter-cela bagi Allah, contohnya; maut (mati, tidak hidup), naum (tidur), jahl (bodoh), nis-yan (kelupaan): ‘ajz (kelemahan, ketidakmampuan), ta’ab (kecapekan, kelelahan). Sifat-sifat tersebut wajib dinafikan (ditolak) dari Allah Azza wa Jalla berdasarkan keterangan di atas, dengan disertai penetapan sifat kebalikannya secara sempurna. Misalnya, menafikan maut (mati) dan naum (tidur) berarti menetapkan kebalikannya bahwasanya Allah Dzat Yang Mahahidup dengan sempurna, menafikan jahl (kebodohan) berarti menetapkan bahwasanya Allah Dzat Yang Mahamengetahui dengan ilmu-Nya yang sempurna.[1]
[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi'i, Po Box 7803/JACC 13340A Jakarta, Cetakan Ketiga 1427H/Juni 2006M]
_______
Footnote
[1]. Lihat at-Tanbiihatul Lathiifah ‘alaa Mahtawat ‘alaihil ‘Aqiidah al-Waasithiyyah minal Mabaahiits al-Muniifah (hal. 40, 47) oleh Syaikh as-Sa’di, al-Qawaa’idul Mutsla fii Shifaatilaahi wa Asmaa-ihil Husnaa (hal. 59-63) oleh Syaikh Muhammad al-‘Utsaimin dan Syarhul ‘Aqiidah al-Waasithiyyah oleh Khalil Hiras (hal. 159-160) dan Madkhaal lidiraasatil ‘Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (hal. 91-92).
From: daarut-tauhiid@yahoogroups.com [mailto:daarut-tauhiid@
Sent: Thursday, August 09, 2012 8:34 AM
To: daarut-tauhiid@yahoogroups.com
Subject: [daarut-tauhiid] Allah Maha Pengasih (الرَّحْمَنِ / Ar Rahman)
Assalamu'alaikum wr wb,
Allah Maha Pengasih (الرَّحْمَنِ / Ar Rahman)
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Begitulah di setiap surat Al Qur’an (kecuali surat At Taubah) dituliskan kalimat Basmallah.
Allah Maha Pengasih.
Kelihatannya begitu ringan. Namun mari kita dalami maknanya.
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An Nahl: 78)
“Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur” [Al Mu’minuun 78]
“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah.” Maka katakanlah “Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?” [Yunus 31]
Coba kita renungi diri kita. Siapakah yang telah menciptakan kedua mata kita? Kedua telinga kita? Mulut kita? Kaki dan tangan kita? Allah bukan? Mengapakah kita tidak mau bersyukur?
Allah yang menurunkan air sehingga kita bisa memakainya untuk minum, mandi, mencuci, dan sebagainya:
“Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan?” [Al Waqi'ah 68-69]
Setiap hari kita minum sekitar 8 gelas sehari. Jika kita beli Aqua gelas, berarti Rp 4 ribu/hari habis untuk minum. Dalam 60 tahun, sebesar Rp 87,6 juta (40 ribu dinar) kita habiskan untuk air minum. Jika air PAM per bulannya Rp 240 ribu, berarti dalam 60 tahun kita menghabiskan Rp 174 juta lebih untuk air PAM. Jika tak bayar, anda tak bisa minum dan saluran PAM diputus.
Sedang Allah memberi kita air secara cuma-cuma. Tidakkah Allah itu Maha Pengasih?
Allah juga yang menciptakan tanam-tanaman yang kita makan seperti padi, gandum, kurma, dan sebagainya:
“Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya?” [Al Waqi'ah 63-64]
Bayangkan jika Allah tidak menciptakan tanaman yang menjadi makanan kita seperti padi. Bagaimana nasib kita? Masihkan kita meragukan sifat Pengasih Allah?
Allah yang menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang ada di situ:
“Dan di antara ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) -Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya.” [Asy Syura' 29]
Sebagian binatang itu bisa kita makan seperti sapi, kambing, ayam, ikan, dan sebagainya. Sebagian lain seperti unta dan kuda bisa kita tunggangi. Dan banyak lagi yang lainnya.
Allah memberikan segalanya untuk kita. Mulai dari bumi, langit, tubuh kita, makanan, harta, orang tua, pasangan hidup, dan juga anak cucu. Jika kita coba hitung nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, niscaya kita tidak akan sanggup!
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat lalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” [Ibrahim 34]
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan hak. Maha Tinggi Allah daripada apa yang mereka persekutukan.
Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.
Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan.
Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan.
Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.
Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada yang bengkok. Dan jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya (kepada jalan yang benar).
Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.
Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya),
dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran.
Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.
Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak guncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk,
dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.
Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [An Nahl 3-18]
Menikmati Proses
Oleh : Abdullah
Sebenarnya yang harus kita nikmati dalam hidup ini adalah proses. Mengapa? Karena yang bernilai dalam hidup ini ternyata adalah
proses dan bukan hasil. Kalau hasil itu Allah SWT yang menetapkan, tapi
bagi kita punya kewajiban untuk menikmati dua perkara yang dalam
aktivitas sehari-hari harus kita jaga, yaitu selalu menjaga setiap niat
dari apapun yang kita lakukan dan selalu berusaha menyempurnakan ikhtiar yang dilakukan, selebihnya terserah Allah SWT.
Sebenarnya yang harus kita nikmati dalam hidup ini adalah proses. Mengapa? Karena yang bernilai dalam hidup ini ternyata adalah
proses dan bukan hasil. Kalau hasil itu Allah SWT yang menetapkan, tapi
bagi kita punya kewajiban untuk menikmati dua perkara yang dalam
aktivitas sehari-hari harus kita jaga, yaitu selalu menjaga setiap niat
dari apapun yang kita lakukan dan selalu berusaha menyempurnakan ikhtiar yang dilakukan, selebihnya terserah Allah SWT.
Karena Rasulullah Mencintai Kita
SAHABAT seiman..,
Subhanallah, sebelum yang lain meNYAPA, tatkala semua ALPA, Ya Allah! Engkau tak pernah lupa tuk menabur nikmat pagi beserta fasilitasnya. Demikian pula engkau ya Rasulullah, DOAMU menyertai hamba: ya Allah berkahilah UMMATku di pagi harinya. Sungguh, dari sana kami tangkap lembutnya cinta..
SAHABAT seiman..,
Mari sejenak ketuk hati yang masih tertutup kantuk, bisikkan kata cinta penuh Ridho, tentang cinta seorang pembawa risalah tergambar dalam untaian mutiara kata, Allah berfirman, artinya: "SUNGGUH, telah datang seorang RASUL dari kaummu sendiri, BERAT terasa olehnya PENDERITAAN yang kamu alami. DIA sangat menginginkan (keselamatan) BAGImu, penyanTUN dan PENYAyang terhadap orang-orang yang berIMAN" (Q.S. At Taubah: 128)
Subhanallah, sebelum yang lain meNYAPA, tatkala semua ALPA, Ya Allah! Engkau tak pernah lupa tuk menabur nikmat pagi beserta fasilitasnya. Demikian pula engkau ya Rasulullah, DOAMU menyertai hamba: ya Allah berkahilah UMMATku di pagi harinya. Sungguh, dari sana kami tangkap lembutnya cinta..
SAHABAT seiman..,
Mari sejenak ketuk hati yang masih tertutup kantuk, bisikkan kata cinta penuh Ridho, tentang cinta seorang pembawa risalah tergambar dalam untaian mutiara kata, Allah berfirman, artinya: "SUNGGUH, telah datang seorang RASUL dari kaummu sendiri, BERAT terasa olehnya PENDERITAAN yang kamu alami. DIA sangat menginginkan (keselamatan) BAGImu, penyanTUN dan PENYAyang terhadap orang-orang yang berIMAN" (Q.S. At Taubah: 128)
BUKTI TUHAN ITU ADA
Beriman bahwa Tuhan itu ada adalah iman yang paling utama. Jika
seseorang sudah tidak percaya bahwa Tuhan itu ada, maka sesungguhnya
orang itu dalam kesesatan yang nyata.
Benarkah Tuhan itu ada? Kita tidak pernah melihat Tuhan. Kita juga tidak pernah bercakap-cakap dengan Tuhan. Karena itu, tidak heran jika orang-orang atheist menganggap Tuhan itu tidak ada. Cuma khayalan orang belaka.
Benarkah Tuhan itu ada? Kita tidak pernah melihat Tuhan. Kita juga tidak pernah bercakap-cakap dengan Tuhan. Karena itu, tidak heran jika orang-orang atheist menganggap Tuhan itu tidak ada. Cuma khayalan orang belaka.
KEMUDAHAN BERTEMU JODOH
y: Muhamad Agus Syafii
Ketika datang seorang pemuda meminangnya, hatinya telah mantap, tanggal sudah ditentukan, bahkan undangan sudah dicetak namun ditengah perjalanan entah apa penyebabnya pernikahan itu gagal. Air mata mengalir tak terbendung. Bayangan indah yang telah lama dinanti menggores hati yang paling dalam. Wajah murung dan kecewa menghiasai wajah ibunda tercinta. Terobati karena kesibukannya bekerja. Hari-harinya terasa kelam. mengarungi dengan sholat dan doa membuat dirinya yakin bahwa akan datang jodoh yang terbaik untuknya.
Ketika datang seorang pemuda meminangnya, hatinya telah mantap, tanggal sudah ditentukan, bahkan undangan sudah dicetak namun ditengah perjalanan entah apa penyebabnya pernikahan itu gagal. Air mata mengalir tak terbendung. Bayangan indah yang telah lama dinanti menggores hati yang paling dalam. Wajah murung dan kecewa menghiasai wajah ibunda tercinta. Terobati karena kesibukannya bekerja. Hari-harinya terasa kelam. mengarungi dengan sholat dan doa membuat dirinya yakin bahwa akan datang jodoh yang terbaik untuknya.
MURID PENGALAMAN
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Sahabat seiman..,
Sebagaimana tak semua dapat menyantap hidangan sepertiga malam terakhir, atau nikmatnya shubuh berjama'ah di masjid bagi lakiaki, lalu hanyut dalam dzikir dan tilawah, maka begitu pula tak semua dapat memetik pelajaran dari suatu kejadian meski semua kebagian peran.
Labels:
ARTIKEL
Wednesday, September 26, 2012
Dariku................
Assalamualaikum ..... Sahabat se IMAN......
Mohon maaf sahabatku,,,, untuk saat ini aku belum bisa menulis artikel sendiri...... tapi InsyaAllah aku akan belajar untuk menuliskan hasil pikiranku sendiri......
saat ini aku, copas dari email masuk yang berasal dari Daarut Tauhid ... hehe
aku berharap dari bahasan - bahasan yang aku terbitkan akan bermanfaat bagi antum.....
kita saling dukung ya kawan,,,, saling mendoakan, agar kita tidak terperdaya oleh dunia..... saling mengingatkan agar kita tidak terjerembab dalam lingkaran setan...........
sahabat,,, beri aku saranmu..... agar bisa lebih baik lagi.....
aku merindukan islam ini berjalan di lingkunganku secara kaffah..........
Mohon maaf sahabatku,,,, untuk saat ini aku belum bisa menulis artikel sendiri...... tapi InsyaAllah aku akan belajar untuk menuliskan hasil pikiranku sendiri......
saat ini aku, copas dari email masuk yang berasal dari Daarut Tauhid ... hehe
aku berharap dari bahasan - bahasan yang aku terbitkan akan bermanfaat bagi antum.....
kita saling dukung ya kawan,,,, saling mendoakan, agar kita tidak terperdaya oleh dunia..... saling mengingatkan agar kita tidak terjerembab dalam lingkaran setan...........
sahabat,,, beri aku saranmu..... agar bisa lebih baik lagi.....
aku merindukan islam ini berjalan di lingkunganku secara kaffah..........
AKHLAQ ROSULULLAH SAW
Akhlaq Nabi Muhammad SAW
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…” [Al Ahzab 21]
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu…” [Ali 'Imran 159]
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Al Bazzaar)
Ketika Aisyah Ra ditanya tentang akhlak Rasulullah Saw, maka dia menjawab, “Akhlaknya adalah Al Qur’an.” (HR. Abu Dawud dan Muslim)
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…” [Al Ahzab 21]
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu…” [Ali 'Imran 159]
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Al Bazzaar)
Ketika Aisyah Ra ditanya tentang akhlak Rasulullah Saw, maka dia menjawab, “Akhlaknya adalah Al Qur’an.” (HR. Abu Dawud dan Muslim)
Labels:
ARTIKEL
FIRASAT CINTA
Firasat CINTA
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Sahabat seIMAN..,
Sungguh begitu INDAH, saat-saat MESRA di penghujung malam merangkai DZIKIR dan TILAWAH, saat untaian pujian dan doa terajut dalam MUHASABAH, kini pagi menyambut akrab merangkul jiwa, menggesit logika, dan mengasah rasa manis dunia dengan menSUCIkan-Nya, memburu akhirat dengan ampunan-Nya, merindu SYURGA karena tak sabar ingin melihat WAJAH-Nya.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Sahabat seIMAN..,
Sungguh begitu INDAH, saat-saat MESRA di penghujung malam merangkai DZIKIR dan TILAWAH, saat untaian pujian dan doa terajut dalam MUHASABAH, kini pagi menyambut akrab merangkul jiwa, menggesit logika, dan mengasah rasa manis dunia dengan menSUCIkan-Nya, memburu akhirat dengan ampunan-Nya, merindu SYURGA karena tak sabar ingin melihat WAJAH-Nya.
Labels:
ARTIKEL
Monday, September 24, 2012
RADIO..........................
Radio Ahlussunnah yang berada di beberapa kota di Indonesia:
1. Radio Rodja Cileungsi (756 AM) Jabodetabek
2. Radio Bass Salatiga (93.2 FM) Semarang, Pati, Kudus, Rembang, Kendal, Temanggung, Magelang, Jogja, Sragen, Purwodadi
3. Radio Hang Batam (106 FM) Batam, Singapore, Malaysia, Kep. Riau
4. Radio Suara Qur'an (94.4 FM) Sukoharjo Solo
5. Radio Muslim Jogja (dalam proses untuk siaran dikanal FM)
6. Radio Nurussunnah (107.7) Semarang
7. Radio Assunnah (92.3 FM) Cirebon
8. Radio An-Najiyah (107.9 FM) Bandung
9. Radio Suara Al-Iman (774 AM) Surabaya
10. Radio Ar-Royan (107.2 FM) Gresik
11. Radio Bayan FM Tanjung Pinang
12. Radio Hidayah (103.4 FM) Pekanbaru
13. Radio Mu'adz (94.3 FM) Kendari
14. Radio Pasaman (101.9 FM) Padang
15. Radio Afiyah (107.8 FM) Majalengka
16. Radio Ihya As Sunnah (107.2 FM) Pamekasan Madura
17. Radio idzatul khair Ponorogo FM
Silahkan diupdate bila ada info terbaru.
Semoga bermanfaat..
1. Radio Rodja Cileungsi (756 AM) Jabodetabek
2. Radio Bass Salatiga (93.2 FM) Semarang, Pati, Kudus, Rembang, Kendal, Temanggung, Magelang, Jogja, Sragen, Purwodadi
3. Radio Hang Batam (106 FM) Batam, Singapore, Malaysia, Kep. Riau
4. Radio Suara Qur'an (94.4 FM) Sukoharjo Solo
5. Radio Muslim Jogja (dalam proses untuk siaran dikanal FM)
6. Radio Nurussunnah (107.7) Semarang
7. Radio Assunnah (92.3 FM) Cirebon
8. Radio An-Najiyah (107.9 FM) Bandung
9. Radio Suara Al-Iman (774 AM) Surabaya
10. Radio Ar-Royan (107.2 FM) Gresik
11. Radio Bayan FM Tanjung Pinang
12. Radio Hidayah (103.4 FM) Pekanbaru
13. Radio Mu'adz (94.3 FM) Kendari
14. Radio Pasaman (101.9 FM) Padang
15. Radio Afiyah (107.8 FM) Majalengka
16. Radio Ihya As Sunnah (107.2 FM) Pamekasan Madura
17. Radio idzatul khair Ponorogo FM
Silahkan diupdate bila ada info terbaru.
Semoga bermanfaat..
Labels:
ARTIKEL
WASIAT RASULULLAH SAW
WASIAT RASULULLAH صلى الله عليه وسلم
* Kekasihku (Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam) berwasiat kepadaku dg tujuh hal :
1. supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dg mereka,
2. agar aku melihat kepada orang yg berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yg berada di atasku,
3. agar menyambung silaturahim meskipun mereka berlaku kasar kepadaku,
4. agar memperbanyak ucapan " Laa haula walaa quwwata illaa billaah ",
5. untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit,
6. agar aku tidak takut celaan orang yg mencela dalam berdakwah kepada ALLAH, serta
7. agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia "
[HR Ahmad 5/159,Ath-Thabarani no 1649, dll, dishahihkan ole Al-Albani dlm
Ash-Shahihah no 2166]
* Kekasihku (Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam) berwasiat kepadaku dg tujuh hal :
1. supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dg mereka,
2. agar aku melihat kepada orang yg berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yg berada di atasku,
3. agar menyambung silaturahim meskipun mereka berlaku kasar kepadaku,
4. agar memperbanyak ucapan " Laa haula walaa quwwata illaa billaah ",
5. untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit,
6. agar aku tidak takut celaan orang yg mencela dalam berdakwah kepada ALLAH, serta
7. agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia "
[HR Ahmad 5/159,Ath-Thabarani no 1649, dll, dishahihkan ole Al-Albani dlm
Ash-Shahihah no 2166]
Labels:
ARTIKEL
SURGA LEBIH DEKAT
Sahabat seiman..,
Sahabat Ibnu Mas'ud R.A. Berkata, bahwa Nabi Saw bersabda, artinya: syurga itu lebih dekat pada seseorang daripada bunyi terompah kakinya, demikian pula dengan neraka" (H.R. Bukhori)
Sahabat seiman..,
Setiap menatap pagi diri selalu teringat waktu yang telah pergi, begitu mahal nilainya, hingga rasanya amal yang kita persembahkan tak senilai kesempatan yang diberikan. Sedangkan lembaran hari ini belum tentu dapat kita jalani sebaik kemarin. wajar bila selevel imam As Syafi'I masih merasa belum pantas mendapatkan syurga, apalagi kita! Seolah diri tertantang, berjuanglah tuk mengokohkan azam!, ya Allah bimbingan dan pertolongan-Mu begitu kuharapkan..!
Sahabat seiman..,
Pernahkah kita rasa Betapa sering diri ingin berhenti berjuang, terdiam menikmati kesendirian, atau mengeluh dari persoalan, seolah lupa bahwa itu adalah ujian kehidupan. tersadarkah kita, ternyata rasa itu datang saat bayang syurga bergeser jauh dari ingatan, lupa bahwa sekelilingnya dipenuhi kepahitan, dan maharnya adalah perjuangan dan pengorbanan. Rasulullah Saw mengumpamakannya bahwa ia lebih dekat dari derap langkah kaki kita, sebagai simbol bahwa ia tak bisa diraih hanya dengan diam menikmati kesendirian.
Sahabat seiman..,
Ketahuilah!, bisa jadi kebaikan bisa kita lakukan tanpa harus menanti ia datang. Pertolongan tak selalu membutuhkan penantian, dan kemenangan tak mesti menunggu peluang, semua bisa kita jemput penuh semangat. Asah terus tajamnya hati, kuras lagi cerdasnya akal, temukan lompatan besar tuk meraih syurga agar lebih dekat dengan kita setelah kita ayunkan langkah perjuangan dengan maksimal.
Sahabat Ibnu Mas'ud R.A. Berkata, bahwa Nabi Saw bersabda, artinya: syurga itu lebih dekat pada seseorang daripada bunyi terompah kakinya, demikian pula dengan neraka" (H.R. Bukhori)
Sahabat seiman..,
Setiap menatap pagi diri selalu teringat waktu yang telah pergi, begitu mahal nilainya, hingga rasanya amal yang kita persembahkan tak senilai kesempatan yang diberikan. Sedangkan lembaran hari ini belum tentu dapat kita jalani sebaik kemarin. wajar bila selevel imam As Syafi'I masih merasa belum pantas mendapatkan syurga, apalagi kita! Seolah diri tertantang, berjuanglah tuk mengokohkan azam!, ya Allah bimbingan dan pertolongan-Mu begitu kuharapkan..!
Sahabat seiman..,
Pernahkah kita rasa Betapa sering diri ingin berhenti berjuang, terdiam menikmati kesendirian, atau mengeluh dari persoalan, seolah lupa bahwa itu adalah ujian kehidupan. tersadarkah kita, ternyata rasa itu datang saat bayang syurga bergeser jauh dari ingatan, lupa bahwa sekelilingnya dipenuhi kepahitan, dan maharnya adalah perjuangan dan pengorbanan. Rasulullah Saw mengumpamakannya bahwa ia lebih dekat dari derap langkah kaki kita, sebagai simbol bahwa ia tak bisa diraih hanya dengan diam menikmati kesendirian.
Sahabat seiman..,
Ketahuilah!, bisa jadi kebaikan bisa kita lakukan tanpa harus menanti ia datang. Pertolongan tak selalu membutuhkan penantian, dan kemenangan tak mesti menunggu peluang, semua bisa kita jemput penuh semangat. Asah terus tajamnya hati, kuras lagi cerdasnya akal, temukan lompatan besar tuk meraih syurga agar lebih dekat dengan kita setelah kita ayunkan langkah perjuangan dengan maksimal.
Labels:
ARTIKEL
Thursday, September 20, 2012
DAFTAR BLOG ISLAM
Hai teman - teman........ untuk postingan kali ini, aku akan coba share alamat web yang berkenaan dengan islam...... hehe
kawan.... disini kita bisa berbagi ilmu tentang islam,,,, dengan berbagai media... dan tentunya FREE.....
http://www.daarut-tauhiid.org/
http://www.geocities.com/pojok_mediakita/
http://ukhuwah-i.tripod.com/
http://www.sakinah.or.id/
http://www.geocities.com/info_hikmah/
http://www.masjid.or.id/
http://eramuslim.com/
kawan.... disini kita bisa berbagi ilmu tentang islam,,,, dengan berbagai media... dan tentunya FREE.....
http://www.daarut-tauhiid.org/
http://www.geocities.com/pojok_mediakita/
http://ukhuwah-i.tripod.com/
http://www.sakinah.or.id/
http://www.geocities.com/info_hikmah/
http://www.masjid.or.id/
http://eramuslim.com/
Mailing List ISLAM
Assalamualaikum......
sahabat........ ikutan yuk share di mailing list... caranya mudah banget....... antum tinggal kirim email kosong aja ke alamat email di bawah ini......... di sana kita bisa saling berbagi tentang islam......
Semoga bermanfaat sahabat.....
ikutan yaa....... seru banget dech...... hehe
daarut-tauhiid@yahoogroups.com
sahabat........ ikutan yuk share di mailing list... caranya mudah banget....... antum tinggal kirim email kosong aja ke alamat email di bawah ini......... di sana kita bisa saling berbagi tentang islam......
Semoga bermanfaat sahabat.....
ikutan yaa....... seru banget dech...... hehe
daarut-tauhiid@yahoogroups.com
RESIKO
Assalamu'alaikum wr wb,
Resiko orang yang ceramah atau pidato tapi tak pernah melakukan apa yang dia ceramahkan:
Allah ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?” [QS. Ash-Shaff : 2].
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” [QS. Al-Baqarah : 44].
Resiko orang yang ceramah atau pidato tapi tak pernah melakukan apa yang dia ceramahkan:
Allah ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?” [QS. Ash-Shaff : 2].
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” [QS. Al-Baqarah : 44].
Wednesday, September 19, 2012
SYIRIK
Assalamu'alaikum wr wb,
Syirik Dosa Terbesar dan Tidak Diampuni Allah
Sesungguhnya syirik atau mempersekutukan Tuhan adalah dosa yang amat besar:
“Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” [Al Hajj:31]
“Katakanlah: “Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)”.” [Ar Ruum:42]
Jelas sekali bukan ayat Al Qur’an di atas bagi orang-orang yang berpikir atau berakal bahwa syirik itu adalah perbuatan sesat dan dosa.
Syirik Dosa Terbesar dan Tidak Diampuni Allah
Sesungguhnya syirik atau mempersekutukan Tuhan adalah dosa yang amat besar:
“Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” [Al Hajj:31]
“Katakanlah: “Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)”.” [Ar Ruum:42]
Jelas sekali bukan ayat Al Qur’an di atas bagi orang-orang yang berpikir atau berakal bahwa syirik itu adalah perbuatan sesat dan dosa.
Monday, September 17, 2012
Renunganku ........
Assalamualaikum......... sahabat....
Bergembiralah kita masih diijinkan untuk bersilaturohim... meski hanya sebatas lewat dunia maya...... karena tanpa ijin Allah,,, kita tak akan mungkin bisa menikmati segala keajaiban dalam dunia ini.... dan memang segala karunia ini harus kita syukuri sepanjang waktu.......
Bergembiralah kita masih diijinkan untuk bersilaturohim... meski hanya sebatas lewat dunia maya...... karena tanpa ijin Allah,,, kita tak akan mungkin bisa menikmati segala keajaiban dalam dunia ini.... dan memang segala karunia ini harus kita syukuri sepanjang waktu.......
AMAL DAN USIA MANUSIA
Sahabat seiman..,
Ingin rasanya menampar diri ini, mengapakah Masih termenung terpasung bingung? Ingin Kuteriakan tak cukupkah tenaga yang Allah berikan di pagi ini tuk menyingkap lembaran mushaf, mengerakkan lisan hanyut dalam pujian dan harapan. Ingin kutanam azam agar menghujam membangkit kesadaran, menggelora anggota badan, berada di barisan terdepan dalam melakukan kebaikan..
Ingin rasanya menampar diri ini, mengapakah Masih termenung terpasung bingung? Ingin Kuteriakan tak cukupkah tenaga yang Allah berikan di pagi ini tuk menyingkap lembaran mushaf, mengerakkan lisan hanyut dalam pujian dan harapan. Ingin kutanam azam agar menghujam membangkit kesadaran, menggelora anggota badan, berada di barisan terdepan dalam melakukan kebaikan..
PERINTAH BERLAKU JUJUR DAN LARANGAN BERBUAT DUSTA
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
Wahai kaum Muslimin, marilah kita bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla. Marilah kita menjadi orang-orang yang jujur, berlaku baik kepada Allah Azza wa Jalla dan kepada seluruh makhluk, jika kita memang benar-benar orang yang beriman. Hendaklah kita berlaku jujur, karena kejujuran mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan kita kepada surga. Seseorang itu selalu berlaku jujur dan membiasakannya, hingga di sisi Allah Azza wa Jalla dia di tulis sebagai orang yang jujur.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
Wahai kaum Muslimin, marilah kita bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla. Marilah kita menjadi orang-orang yang jujur, berlaku baik kepada Allah Azza wa Jalla dan kepada seluruh makhluk, jika kita memang benar-benar orang yang beriman. Hendaklah kita berlaku jujur, karena kejujuran mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan kita kepada surga. Seseorang itu selalu berlaku jujur dan membiasakannya, hingga di sisi Allah Azza wa Jalla dia di tulis sebagai orang yang jujur.
Segores tinta
SAHABAT seiman..,
Pagi hadir kembali menyapa kita, memberi peluang bagi yang ingin mulia, memberi ancaman hina bagi yang terjerat dosa. Bagaimana malam kita tadi, semoga rangkaian doa mesra, sujud panjang kita, dan bait ayat yang terbaca semakin meninggikan DERAJAT dan menghapus KESALAHAN..
Sahabat SEIMAN..,
Monday, September 10, 2012
Do'aku
Ya Allah ijinkanlah, aku berkarya...... aku ingin menjadi hamba-Mu yang hanya menautkan hati ini kepada-Mu..........