Monday, October 29, 2012

Mempelajari Al Quran dan Hadist

Mempelajari dan Mengamalkan Al Qur’an dan Hadits
Agama Islam merupakan agama yang mengajarkan ummatnya agar hidup bahagia di dunia dan akhirat.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi …” [Al Qashash:77]
Sayangnya, banyak ummat Islam yang tidak mempelajari sumber ajaran Islam dan mengamalkannya, sehingga timbul berbagai macam bid’ah, aliran sesat, kerusakan akhlak dan lain sebagainya.
Sebagai contoh, kita sering melihat orang yang beragama Islam, tapi dia tidak sholat, berjudi, berzinah, korupsi, dan sebagainya. Ada juga ummat Islam yang terjerumus ke dalam kelompok sesat seperti Inkar Sunnah yang tidak mengakui dan tidak mau mengikuti sunnah Nabi, atau kelompok Ahmadiyyah yang tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai Nabi terakhir dan lain sebagainya. Hal ini jelas selain sesat juga menimbulkan kemunduran di kalangan ummat Islam.
Oleh karena itu, ummat Islam perlu mempelajari ajaran Islam berdasarkan sumber yang sahih, bukan dari sumber yang tak jelas agar tidak tersesat. Sumber ajaran agama Islam ada 2, yaitu Al Qur’an dan Hadits/Sunnah.
Sabda Rasulullah Saw: “Aku tinggalkan padamu dua hal, yang tidak akan sesat kamu selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya.”(HR Ibnu ‘Abdilbarri)
Al-Qur’an adalah kumpulan firman-firman Allah swt yang disampaikan kepada Nabi, yang isinya dan redaksinya berasal dari Allah SWT, dan diperintahkan oleh Nabi untuk ditulis oleh para penulis wahyu. Sedang Hadits atau Sunnah adalah segala perkataan Nabi (juga perbuatan dan izinnya) dalam mendidik ummatnya sesuai dengan bimbingan wahyu dari Allah SWT.
AL QUR’AN
Al Qur’an sebagai petunjuk sudah tidak diragukan lagi:
“Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,” [Al Baqoroh:2]
Sebagai seorang Muslim, kita diperintahkan Allah untuk membaca Al Qur’an, agar bisa mendapatkan petunjuk yang terkandung di dalamnya:
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an)…” [Al Ankabuut:45]
Al Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, karena itu untuk mengetahui artinya, hendaknya kita mengartikannya sesuai dengan aturan bahasa Arab yang baku, bukan dengan tafsiran kita pribadi:
“Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami (nya).” [Az Zukhruf:3]
Jika kita tak paham bahasa Arab, hendaknya kita baca terjemahannya juga (misalnya dari Depag/Kerajaan Arab Saudi). Kita harus hati-hati membeli kitab Terjemah Al Qur’an agar jangan sampai yang kita beli adalah terjemahan dari kaum yang sesat/Yahudi yang justru memelintir maknanya.
Jangan sampai kita khatam Al Qur’an berkali-kali tapi tidak mengerti artinya sama sekali. Sehingga tidak bisa mengamalkan/mempraktekkan petunjuk Allah yang ada di dalam Al Qur’an. Orang seperti itu disebut Allah seperti keledai:
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. ” [Al Jumu'ah 5]
Terkadang banyak terjadi perbedaan penafsiran, dari yang kecil, hingga yang tidak bisa ditolerir lagi.
Misalnya, ada sebagian orang yang meski ayatnya sudah demikian jelas, namun mentafsirkannya sedemikian rupa, sehingga bertentangan dengan makna aslinya. Contohnya ada orang yang dengan alasan kesetaraan gender, berusaha merubah hukum waris yang ada dalam Al Qur’an serta menolak ayat An Nisaa:34 yang menyatakan bahwa pria adalah pemimpin bagi kaum wanita. Hal ini jelas bertentangan dengan Al Qur’an:
“Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” [Ali Imron:7]
Jika setiap ayat Al Qur’an ditafsirkan secara berbeda-beda, bahkan berlawanan dengan makna aslinya, bagaimana kita bisa mengamalkan Al Qur’an secara benar? Ayat Al Qur’an yang Muhkamaat (jelas) tidak perlu ditafsirkan lagi, tapi hendaknya diamalkan, sedang ayat yang mutasyabihat hendaknya kita imani, bukan diperdebatkan sehingga menimbulkan fitnah.
Jika kita telah membaca dan memahami Al Qur’an, hendaklah kita mengikuti perintah-perintah Allah SWT yang ada di dalam Al Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari:
“Dan Al Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat,” [Al An’aam:155]
Dengan membaca Al Qur’an, kita tahu bahwa kita diperintahkan untuk beriman kepada Allah, Rasul-Nya, dan Al Qur’an. Selain itu kita juga diberitahu tentang masalah Malaikat dan juga hari Kiamat:
“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al Qur’an) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [At Taghaabun:8]
“Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat), dan mereka disambut oleh para malaikat. (Malaikat berkata): “Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu”.” [Al Anbiyaa:103]
Jika kita mempelajari Al Qur’an, maka kita akan tahu siapakah Pencipta segala sesuatu, dan sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah:
“(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.” [Al An’aam:102]
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” [At Taubah:31]
Jika ummat Islam mempelajari ayat Al Qur’an di atas, niscaya mereka tidak akan murtad menyembah Tuhan yang lain. Bahkan mereka akan yakin bahwa ideologi sekuler buatan ilmuwan yang ada tidaklah pantas untuk menggantikan ajaran Islam yang telah diturunkan oleh Allah SWT.
Dengan membaca Al Qur’an, niscaya kita akan tahu bahwa perintah sholat, zakat, puasa, haji yang ada dalam rukun Islam itu merupakan kewajiban dari Allah SWT:
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orang-orang yang ruku” [Al Baqoroh:43]
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” [Al Baqoroh:183]
Al Qur’an bukan cuma mengajarkan masalah iman dan ibadah kepada Allah saja, tapi juga mengajarkan untuk berbuat baik terhadap sesama manusia:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,” [An Nisaa:36]
Di Al Qur’an kita diperintahkan untuk tidak memakan harta orang lain, jujur dalam berniaga, serta bersikap adil.
“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfa`at, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabat (mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat,” [Al An’aam:152]
Jika ajaran itu diterapkan, niscaya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme akan sirna..
HADITS
Ada kelompok yang dengan alasan hanya ingin berpedoman pada Al Qur’an saja, akhirnya mengingkari Sunnah/Hadits Nabi. Hal ini jelas tidak benar, karena mengikuti Nabi justru merupakan perintah Allah yang tercantum dalam Al Qur’an.
“Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk”.” [Al A’raf:158]
Al Qur’an hanya memuat garis besar dari perintah dan larangan Allah. Adapun rinicannya, maka Nabilah yang menjelaskannya.
“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang)
dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.” [Al Maa-idah:15]
“Aku (ini) tidak lain melainkan pemberi peringatan yang menjelaskan”.” [Asy Syu’araa:115]
Sebagai contoh, di dalam Al Qur’an kita diperintahkan untuk sholat, tapi bagaimana cara melakukan sholat, misalnya harus diawali dengan niat, kemudian takbir, dan diakhiri dengan salam itu dijelaskan di hadits Nabi. Begitu pula perintah lainnya seperti puasa, zakat, haji, dan lain-lain. Sebagai contoh:
“Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a katanya: Aku lihat Rasulullah s.a.w apabila memulai sembahyang, beliau mengangkat kedua tangan hingga ke bahu. Begitu juga sebelum rukuk dan bangkit dari rukuk. Beliau tidak mengangkatnya di antara dua sujud” [HR Bukhori, Muslim, Tirmizi, Nasa’I, Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad, Malik, Ad Darimi)
Pada zaman Nabi dan Sahabat, Hadits belum dibukukan. Seiring dengan perjalanan waktu, di mana akhirnya muncul hadits-hadits palsu, para ulama Salafi mulai memikirkan untuk membukukan hadits, agar bisa dibedakan mana hadits yang shahih dengan yang dloif (lemah) serta maudlu (palsu), dan mudah mencari referensi hadits.
Di antara kitab-kitab Hadits, yang terkenal adalah Kutubus Sittah. Kutubus Sittah berarti “Kitab yang Enam, yaitu kitab-kitab hadits yang menjadi standar rujukan para ulama dan kaum muslimin untuk menjadi hujjah bagi persoalan-persoalan agama. Di antaranya adalah Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan Tirmidzi, Sunan Nasa’i, dan Sunan Ibnu Majjah. Lebih dari 90% hadits mengenai masalah hukum, tercantum dalam Kutubus Sittah.
Kita tidak bisa taqlid atau mengikuti begitu saja tanpa tahu dalil-dalil dari Al Qur’an dan Hadits:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” [Al Israa:36]
Insya Allah, jika ummat Islam kembali berpegang kepada Al Qur’an dan Hadits, dengan membaca, mempelajari, dan mengamalkannya dengan sungguh-sungguh, maka ummat Islam akan kuat aqidahnya, benar amal ibadahnya (terlepas dari bid’ah), bagus akhlaknya, sehingga segala KKN, kriminalitas, ketimpangan sosial yang ada akan sirna.

0 comments:

Post a Comment

Saudaraku......silahkan berikan komentar antum,,,,, untuk menjadi pelajaran bagiku.... jazakumullah....