Monday, October 29, 2012

Mengenal Dan Meneladani 4 Sifat Penghuni Surga

Allah berfirman:
“Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka). Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Rabb Yang Maha Pemurah sedangkan Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat. Masukilah surga itu dengan aman, itulah hari kekekalan.Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya.”(Qaf: 31-35)

Allah akan mendekatkan surga bagi orang-orang yang bertakwa, sehingga surga begitu dekat dengan mereka. Terlihat berbagai macam kenikmatan yang ada di dalamnya. Ini sebagai buah dari ketakwaan mereka kepada Allah, di mana mereka menjauhi segala macam kesyirikan, yang kecil maupun besar, melaksanakan perintah-perintah Rabb mereka dan tunduk kepada-Nya. Kedekatan ini merupakan wujud janji Allah kepada mereka, dan Allah tidak akan menyelisihi janji-Nya. Apa sifat-sifat mereka yang akan mendapatkan janji Allah tersebut?

Pertama: Awwab
Yakni orang yang senantiasa kembali kepada Allah, dari kemaksiatan menuju kepada ketaatan, dari kelalaian menuju kepada ingat Allah. Al-Imam Mujahid mengatakan:
هُوَ الَّذِي إِذَا ذَكَرَ ذَنْبَهُ اسْتَغْفَرَ مِنْهُ
“Dia adalah seseorang yang bila ingat dosanya, dia meminta ampun dari dosanya.”
Sehingga setiap saat kembali kepada Allah dengan mengingat-Nya, mencintai-Nya, mohon pertolongan kepada-Nya, berdoa kepada-Nya, takut dan berharap kepada-Nya.

Kedua: Hafizh
Ibnu Abbas mengatakan:
لِمَا ائْتَمَنَهُ اللهُ عَلَيْهِ وَافْتَرَضَهُ
“(Yakni menjaga) apa yang Allah amanahkan kepadanya dan Allah wajibkan kepadanya.”
Qatadah mengatakan: “Menjaga apa yang Allah titipkan kepadanya berupa hak-hak dan nikmat-nikmat-Nya.”
Ibnul Qayyim menjelaskan: “Ketika jiwa itu punya dua kekuatan, yaitu kekuatan untuk berbuat dan kekuatan untuk menahan(red. dengan puasa, kita melatih kekuatan jiwa untuk menahan, bukan hanya menahan kepada yang haram namun juga kepada yang halal), maka sifat awwab digunakan pada kekuatan perbuatannya untuk kembali kepada Allah, keridhaan dan ketaatan kepada-Nya. Sedangkan hafizh digunakan pada kekuatan penjagaannya dalam menahan diri dari maksiat dan larangan-Nya.Sehingga hafizh adalah yang menahan diri dari apa yang diharamkan kepadanya. Dan awwab adalah yang menghadapkan dirinya kepada Allah dengan ketaatan kepada-Nya.”
Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan: “Tidak menyia-nyiakan perintah-Nya dan tidak menyambutnya dengan kemalasan, bahkan dia bersemangat padanya.”

Ketiga: Khosyyaturrahman bil ghaib
Ini memiliki dua makna.
Makna yang pertama, takut kepada Allahwalaupun tidak ada yang melihatnya kecuali Allah. Sifat ini mengandung keimanannya terhadap wujud Allah, rububiyah-Nya dan kemampuan-Nya serta ilmu dan pengetahuan-Nya terhadap keadaan hamba-hamba-Nya. Juga mengandung keimanan terhadap kitab-Nya, Rasul-Nya dan perintah serta larangan-Nya, serta keimanan terhadap janji, ancaman serta perjumpaan dengan-Nya. Tidak sah rasa takut kepada Allah padahal dia tidak melihat-Nya, kecuali dengan ini semua.
Ibnu Katsir menjelaskan: “Yakni seseorang yang takut kepada Allah dalam keadaan sendirian, di mana tidak seorangpun melihatnya kecuali Allah.”
Sehingga rasa takut semacam ini tidak mungkin terwujud kecuali jika dia tahu tentang Allah, dan sifat-sifat-Nya, tahu bahwa Allah Maha Melihat dan Mendengar serta Maha Mengetahui.
Takut semacam inilah takut yang hakiki. Karena takut yang hakiki adalah takut yang berdasarkan ilmu, sehingga rasa takut ini diiringi dengan rasa pengagungan terhadap Allah. Adapun takutnya seseorang kepada Allah saat dilihat manusia atau di hadapan mereka, bisa jadi itu hanya karena riya’ atau sum’ah (ingin didengar dan disanjung orang bahwa dia baik). Sehingga hal ini tidak menunjukkan rasa takutnya kepada Allah. Jadi takut yang bermanfaat adalah takut kepada Allah saat sendirian dan saat di hadapan manusia.
Makna yang kedua, ia takut kepada Allah walaupun ia tidak melihat-Nya. Akan tetapi ia melihat ayat-ayat Allah yang menunjukkan adanya Allah.

Keempat: Datang dengan kalbu yang munib.
Yakni kalbu yang bertaubat kepada Allah.
Ibnu Katsir menjelaskan: “Yakni dia berjumpa dengan Allah dengan kalbu yang selamat (dari dosa dan maksiat), pasrah kepada-Nya, dan tunduk di hadapan-Nya.”
Yakni ia wafat dalam keadaan kembali kepada Allah, seperti firman Allah:

“Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali Imran: 102)
Yakni ia senantiasa bertaubat kepada Allah sampai ia wafat. Dan amalan itu tergantung dengan penutupnya. Semoga Allah menutup amal kita dengan kebaikan.

Untuk mereka yang memiliki empat sifat tersebut, Allah katakan:

“Masukilah surga itu dengan aman, itulah hari kekekalan. Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya.” (Qaf: 34-35)

0 comments:

Post a Comment

Saudaraku......silahkan berikan komentar antum,,,,, untuk menjadi pelajaran bagiku.... jazakumullah....