Assalamu'alaikum wr wb,
Alhamdulilah Sabtu 20 Oktober 2012 kembali diadakan pengajian bersama KH
Ali Yafie, KH Moehammad Zain, dan KH Mohamad Hidayat di Yayasan Majelis
Al Washiyyah. Kali ini membahas surat Al Hajj ayat 26-30.
26. Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di
tempat Baitullah (dengan mengatakan): "Janganlah kamu memperserikatkan
sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumahKu ini bagi orang-orang yang
thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku' dan
sujud.
27. Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka
akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang
kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,
28. supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya
mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki
yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka
makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk
dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.
29. Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan
mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka[988] dan
hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua
itu (Baitullah).
30. Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa
yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi
Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak,
terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu
berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.
Inti dari ceramah itu adalah, Haji merupakan ibadah yang harus dilakukan
dengan keikhlasan. Tulus beribadah kepada Allah semata (Tauhid).
Menurut KH Mohamad Hidayat, Perintah Haji diberikan Allah kepada Nabi
Ibrahim, bapak para Nabi dan juga bapak beberapa bangsa (Arab, Israel,
dan Eropa Tengah). Nabi Ibrahim diperintahkan Allah untuk merenovasi
Ka'bah sehingga orang-orang bisa thawaf dan beribadah.
Pada Haji, kita melakukan Ihram, Wuquf di Arafah, Thawaf, Sa'i,
Tahallul, melontar Jumrah, Mabit (bermalam) di Mina dan Muzdalifah. Saat
Haji, kita diperkenankan untuk berniaga/berdagang. Jika itu dilakukan,
insya Allah mendapat keberkahan.
Pada zaman Jahiliyyah terkenal pasar-pasar bernama Ukadh, Mijnah dan
Dzul-Majaz. Kaum Muslimin merasa berdosa apabila berdagang di musim haji
di pasar itu. Mereka bertanya kepada Rasulullah SAW tentang hal itu.
Maka turunlah “Laisa ‘alaikum junahun an tabtaghu fadl-lan min rabbikum”
(awal ayat S. 2: 198) yang membenarkan mereka berdagang di musim haji.
(Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
Yang terpenting dari berhaji adalah akhlaq kita menjadi lebih baik
setelah berhaji. Jangan sampai meski sudah 3x naik haji, tapi
kelakuannya masih begitu-begitu saja atau tambah buruk. Jika jadi lebih
baik, itu artinya mendapat Haji Mabrur. Jika tidak, Haji Mardud atau
ditolak Allah.
KH Moehammad Zain memberi anekdot. Ada seorang pejabat dari Indonesia
berhaji. Saat melempar jumroh dengan batu, dia kaget, ternyata ada yang
menimpuknya dengan batu. Di batu tersebut ada tulisan yang tidak dia
mengerti. Akhirnya sesampai di Indonesia, dia bawa batu itu ke seorang
Kiai. Kata Kiai tsb, "Oh, ini artinya: 'Sesama Iblis dilarang saling
melempar'"....
Menurut KH Ali Yafie, kata Zuur pada akhir surat Al Hajj 30 "jauhilah
olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan
dusta" itu artinya lebih buruk dari dusta biasa (Kizib). Zuur itu
artinya "Kepalsuan Besar" sebagaimana pada "Saksi Palsu". Agar Haji kita
Mabrur, kita selain idak menyembah berhala juga harus meninggalkan
"Kepalsuan Besar". Tidak boleh berbohong segala macam atau membuat
kesaksian palsu.
0 comments:
Post a Comment
Saudaraku......silahkan berikan komentar antum,,,,, untuk menjadi pelajaran bagiku.... jazakumullah....