Friday, November 9, 2012

Merasa tahu, adalah tanda ketidaktahuan

“Bagaikan padi,” ungkap ajaran bijak, “semakin berilmu seseorang, semakin
ia merunduk.” Sebuah nasihat yang masuk akal, sebab adalah niscaya bagi
sesuatu yang semakin berisi untuk semakin berat.

Tengoklah tubuh nan gemuk, niscaya berat baginya berjalan. Cermatilah pula
kendaraan nan penuh beban, pastilah ia lambat meluncur.

Maka mencermati sesuatu yang ringan, pastilah ia tak berisi, atau sedikit
isinya. Sebab takkan mungkin sesuatu tegak, jika tersimpan banyak beban di
dalamnya.

Demikianlah pula perumpamaan insan berilmu. Makin banyak ilmu yang ia
tanggung, makin berat lah terasa pertanggungan itu baginya. Apatah lagi
jika teringat bahwa tiada sebuah ilmu pun, kecuali setiap hakikatnya kan
menjadi saksi kala tak diamalkan.

Sementara itu, orang berilmu, tahu persis bahwa makin banyak yang ia
kumpulkan, makin sadar bahwa ia tak mengumpulkan apa-apa. “Sebab mencari
ilmu,” ujar nasihat bijak, “layaknya meminum air di lautan luas. Makin
diminum, makin haus terasa. Sedang sang laut, tetap tenang terbentang di
hadapan.”

Memahami ini, tahulah kita bahwa perasaan tahu, menunjukkan bahwa kita
sejatinya tak tahu barang setitik. Karena yang tahu banyak, menyadari masih
ada lebih banyak lagi nan bahkan belum ia kenali. Tak heran jika kemudian,
orang berilmu kan makin berilmu, sebab kemerasa tak tahuannya. Sedang ia
yang sedikit ilmu kian tak berilmu, sebab kemerasa tahuannya.

Maka berhati-hatilah, wahai diri, akan penyakit merasa tahu, karena ia
adalah seburuk-buruk perintang ilmu.

0 comments:

Post a Comment

Saudaraku......silahkan berikan komentar antum,,,,, untuk menjadi pelajaran bagiku.... jazakumullah....