Tuesday, November 6, 2012

“Keluhanmu, takkan mengubah takdirmu. Tapi syukurmu, bisa jadi.”


Keluhan, adalah kewajaran yang lahir sebab tertutupnya mata dari jutaan
makna yang terhampar di hadapan. Ungkap sebuah nasihat lama, “Gajah di
depan mata tak tampak, semut di ujung lautan tampak.” Inilah tabiat diri,
lebih mudah mengenali nan jauh, daripada nan dekat.

Adalah Tuhan telah menyajikan kehidupan di hadapan, berikut tak terhitung
nikmatnya. Sungguh, membuka hati sedikit saja kan menjadikan mata tertegun
akan begitu banyaknya hal yang lalai tersyukuri. Seorang guru pernah
bertanya, “Maukah kau tukarsebelah matamu dengan uang 1 miliar? Tidak? Ah,
berarti kau sungguh miliarder, sebab di kepalamu terpasang 2 buah mata yang
harganya lebih dari 1 miliar.”

Ya, ini baru urusan mata. Bagaimana dengan setiap jengkal nikmat yang telah
Dia berikan cuma-cuma di tubuh ini? Dan ini pun baru urusan tubuh. Belum
lagi urusan alam. Pernahkah kau sadari, wahai diri, betapa mudahnya Tuhan
atur kau ada di daerah bencana? Tapi Dia letakkan kau disini, membaca
sebuah tulisan dengan aman dan damai. Berapakah harga keamanan dan
kedamaian ini, jika bukan tak lebih dari 1 triluin?

Maka diri ini sungguh tak layak mengeluh. Ya, keluhan takkan mengubah
takdir. Apa pasal? Sebab keluhan adalah kelancangan! Betapa tidak lancang,
diri menuntut terjadinya sesuatu, padahal Tuhan sedang aturkan sesuatu yang
lebih baik dari yang ia minta?

Tapi syukur, ya syukur, lain ceritanya. Syukur adalah ungkapan tahu diri.
Tahu bahwa diri ini sudah begitu banyak berutang budi, maka wajiblah
nikmati apa yang tersedia di hadapan, alih-alih mengeluhkan apa yang
diinginkan. Syukur adalah wujud kenali apa yang kau terima, hingga tahu
persis bahwa ia begitu berharga, bahwa pengaturanNya sempurna.

Pintu-pintu nikmat itu jelas-jelas di hadapan, disediakan tanpa permintaan,
hingga mengenalinya akan membuka cakrawala keindangan dunia. Ingatlah akan
sebuah syair indah, “Aku mengetuk, lama, tak ada yang menjawab. Baru
kemudian kusadari, aku mengetuknya dari dalam.”  Ingatlah pula akan
jaminanNya, bahwa kan ditambahkan nikmat bagi sesiapa yang bersyukur
kepadaNya.

Jika Dia tak kau percayai, wahai diri, lalu siapa?

Jangan lagi serahkan hasil bumi kepada kaum yang dimurkaiNya


Sudah seharusnya para penguasa negeri yang mengaku muslim untuk menghentikan menyerahkan sumber daya alam kepada Amerika dan sekutunya yang merupakan representatif dari kaum Zionis Yahudi karena hal itu dapat membantu kekuatan finansial (keuangan) mereka untuk membeli persenjataan guna membunuh kaum muslim di belahan dunia manapun.

Dari Ibnu Umar Ra. ia berkata: "Pada satu ketika dibawa ke hadapan Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam sepotong emas. Emas itu adalah emas zakat yang pertama sekali dibawa oleh Bani Sulaim dari pertambangan mereka. Maka sahabat berkata: "Hai Rasulullah! Emas ini adalah hasil dari tambang kita". Lalu Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam menjawab, "Nanti kamu akan dapati banyak tambang-tambang, dan yang akan menguasainya adalah orang-orang jahat". (HR. Baihaqi)

Terlebih pada saat ini telah jelas Amerika dan sekutunya seperti Zionis Israel mengusir kaum muslim dari tanah airnya.

Firman Allah ta'ala yang artinya "Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil." (QS. Al-Mumtahanah [60] : 8)

Negeri kaum muslim tidak hanya sebatas batas negara. Jika kaum muslim di Palestina telah diusir dari tanah (negeri) mereka oleh kaum Zionis Israel dan didukung oleh sekutunya seperti Amerika maka semua penguasa negeri yang mengaku muslim wajib merasakan sebagai keadaan perang juga dan menghentikan segala bentuk kerjasama yang dapat memberikan kekuatan finansial bagi mereka yang akan dipergunakan untuk membeli peluru guna membunuh kaum muslim diberbagai belahan negara kaum muslim.

Diriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Demi Allah, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai." (HR Muslim)

Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda: "Kamu akan melihat orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya)." (HR Bukhari 5552) (HR Muslim 4685)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya "Barang siapa menahan (menutup) anggur pada hari-hari pemetikan, hingga ia menjualnya kepada orang Yahudi, Nasrani, atau orang yang akan membuatnya menjadi khamr, maka sungguh ia akan masuk neraka" (At Thabraniy dalam Al Ausath dan dishahihkan oleh Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqolaniy).

Sedangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al Baihaqiy ada tambahan "orang yang diketahui akan membuatnya menjadi khamr"

Berdasarkan hadits ini, As Syaukani menyatakan haramnya menjual perasan anggur kepada orang yang akan membuatnya menjadi khamr ( Nailul Authar V hal 234). Kesimpulan tersebut dapat diterima, karena memang dalam hadits tersebut terdapat ancaman neraka sebagai sanksi bagi orang yang mengerjakan. As Syaukani tidak hanya membatasi jual beli anggur yang akan dijadikan sebagai khamr, tetapi juga mengharamkan setiap jual-beli yang membantu terjadinya kemaksiatan yang dikiaskan pada hadits tersebut

Telah jelas keharaman jual-beli yang membantu terjadinya kemaksiatan.

Firman Allah ta'ala yang artinya "….dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran/permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya." (QS Al Ma'idah [5]:2)

Allah Azza wa Jalla telah berfirman yang artinya,

"Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui". (QS Al Mujaadilah [58]:14 )

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya" , (QS Ali Imran, 118)

"Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata "Kami beriman", dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati". (QS Ali Imran, 119)

Wassalam

Berapa Umurmu...???

Umur yang telah berlalu tentu tidak mungkin kembali lagi.

Ada yang berkata kepada Muhammad bin Wasi’,

كيف أصبحت ؟

“Bagaimana engkau di pagi ini?”. Beliau lantas mengatakan,

ما ظنك برجل يرتحل كل يوم مرحلة إلى الآخرة ؟

“Apa pendapatmu mengenai seseorang yang setiap harinya akan berpindah ke negeri akhirat?”

Al Hasan (Al Bashri) mengatakan,

إنما أنت أيام مجموعة ، كلما مضي يوم مضي بعضك .

“Sungguh, engkau bagaikan sekumpulan hari. Apabila satu hari berlalu darimu, maka berlalu pula sebagian (umur)mu.”

Beliau juga mengatakan,

Wahai manusia. Sungguh engkau berada di antara dua binatang tunggangan (yaitu malam dan siang) yang akan saling memindahkanmu. Malam akan memindahkanmu ke waktu siang. Siang pun akan berganti memindahkanmu ke waktu malam, hingga engkau pun akan sampai ke negeri akhirat. Adakah yang akan menghalangimu hingga negeri akhirat?

Beliau mengatakan pula,

الموت معقود بنواصيكم ، والدنيا تطوي من ورائكم .

“Kematian akan diikat di bagian depan kepala kalian. Sedangkan dunia akan dilipat (dibiarkan) di belakang kalian.”

Daud Ath Tho’i mengatakan,

إنما الليل والنهار مراحل ينزلها الناس مرحلة مرحلة حتى ينتهي ذلك بهم إلى آخر سفرهم ، فإن استطعت أن تـُـقدِّم في كل مرحلة زاداً لما بين يديها فافعل ، فإن انقطاع السفر عن قريب ما هو ، والأمر أعجل من ذلك ، فتزوّد لسفرك ، واقض ما أنت قاض من أمرك ، فكأنك بالأمر قد بَغَـتـَـك

Sesungguhnya malam dan siang adalah tempat persinggahan manusia sampai dia berada pada akhir perjalanannya. Jika engkau mampu menyediakan bekal di setiap tempat persinggahanmu, maka lakukanlah. Berakhirnya safar boleh jadi dalam waktu dekat. Namun, perkara akhirat lebih segera daripada itu. Persiapkanlah perjalananmu (menuju negeri akhirat). Tunaikanlah kewajiban yang patut engkau tunaikan. Karena mungkin saja, perjalananmu akan berakhir dengan tiba-tiba.

Sebagian salaf menuliskan nasehat pada saudaranya,

يا أخي يَخيّـل لك أنك مقيم ، بل أنت دائب السير ، تُساق مع ذلك سوقا حثيثا ، الموت متوجِّه إليك ، والدنيا تطوى من ورائك ، وما مضى من عمرك فليس بِكَـارٍّ عليك حتى يَكُـرَّ عليك يوم التغابن .
سبيلك في الدنيا سبيل مسافر == ولا بـد من زاد لكل مسافر
ولا بد للإنسان من حمل عدة == ولا سيما إن خاف صولة قاهر

Wahai saudaraku, kami menduga engkau adalah seorang mukim (yang tidak bepergian jauh). Namun sebenarnya engkau adalah seorang yang melakukan perjalanan (safar). Engkau akan digiring dengan cepatnya. Kematian pun akan ada di hadapanmu. Sedangkan dunia akan berada di belakangmu. Umur yang telah berlalu darimu tidak akan kembali padamu, sampai engkau akan bertemu kembali dengan hari yang dinampakkan kesalahan-kesalahan.

Perjalananmu di dunia seperti perjalanan seorang musafir. Setiap musafir haruslah memiliki bekal.

Setiap orang haruslah memiliki persiapan, apalagi jika dia takut tidak akan sampai pada Rabb Yang Maha Tinggi.

Sebagian salaf pun ada yang melantunkan sya’ir:

إنا لنفــرح بالأيام نقطعهـا == وكل يوم مضي يدني من الأجلِ
فاعمل لنفسك قبل الموت مجتهدا == فإنما الربح والخسران في العملِ


Sungguh kami sangat bergembira dengan hari yang kami lalui. Setiap hari yang telah berlalu adalah pertanda semakin dekatnya ajal.

Beramallah untuk dirimu dengan sungguh-sungguh sebelum datang kematianmu. Karena keberuntungan dan kerugian di akhirat tergantung pada amalmu. (Faedah dari Ibnu Rojab di Jami’ul ‘Ulum wal Hikam)



Mengenai umur akan ada dua pertanyaan

Pertanyaan pertama mengenai keadaan di waktu muda atau dewasa.

Pertanyaan kedua mengenai umur secara keseluruhan.

Oleh karena itu, dua telapak kaki manusia tidak akan beranjak pada hari kiamat hingga dia ditanyakan mengenai lima hal, di antaranya:

Mengenai umurnya di mana dia habiskan [?]

Mengenai waktu mudanya untuk apa dia gunakan [?]

Siapkanlah jawaban yang benar untuk pertanyaan tersebut!



Renungkanlah Umurmu!

Berapa umur yang telah berlalu darimu?

Apakah umurmu yang telah lewat engkau gunakan untuk hal yang bermanfaat? Ataukah untuk hal yang sia-sia?

Imam Asy Syafi’i pernah ditanyakan oleh seseorang mengenai umurnya, lalu beliau menjawab:

ليس من المروءة أن يُخبِر الرجل بِسِنِّـه

“Bukan merupakan sikap yang bagus jika seseorang menceritakan umurnya.”

Imam Malik juga pernah ditanyakan hal ini (yaitu mengenai umurnya), lantas beliau menjawab:

أقبل على شأنك . ليس من المروءة أن يُخبِر الرجل بسنه ؛ لأنه إن كان صغيرا استحقروه ، وإن كان كبيرا استهرموه .

“Aku terima maksudmu. Bukan merupakan sikap yang bagus jika seseorang menceritakan umurnya. Jika dia memang muda, maka dia akan direndahkan. Jika dia memang sudah tua, maka dia akan dianggap pikun.”



Renungkanlah Umurmu!

Jika memang engkau masih muda, sungguh amat jelek jika engkau menghabiskan umurmu hanya untuk bersenang-senang dan sering gegabah.

Jika engkau sudah berusia senja, maka hendaklah engkau memperbaiki hal-hal yang telah engkau lalaikan. Sungguh amatlah jelek, jika orang yang sudah berusia senja malah ingin bersenang-senang saja.



Renungkanlah Perkataan:

الناس صنفان ك موتى في حياتهمُ == وآخرون ببطن الأرض أحياءُ

“Manusia itu ada dua golongan. Ada yang hidup, namun sebenarnya dia mati. Namun ada pula yang berada di bawah tanah, namun mereka dalam keadaan hidup.”



Engkau ingin jadi seperti apa dari dua golongan ini?

Aku berdiam beberapa saat dalam waktu yang lumayan lama.

Setelah selesai merenungkan, aku begitu takjub dengan sejarah hidup yang kubaca dari manusia pilihan yang begitu tersohor kabar tentang mereka.

Kitab-kitab mereka pun tersebar di berbagai penjuru dunia.

Di antara manusia-manusia istimewa ini ada yang berusia muda dan ada juga yang berusia tua.

Para ulama pun mengajarkan karya mereka pada para penuntut ilmu.

[Berikut sejarah dua golongan tersebut]



Coba kita perhatikan Asy Syaikh Hafizh Hakamiy rahimahullah

Beliau memiliki banyak karya tulis dalam aqidah dan ilmu lainnya.

Pasti engkau akan kagum dengan sejarah hidupnya.

Lihatlah beliau lahir pada tahun 1342 H dan meninggal dunia pada tahun 1377 H!

Berapa umur beliau ketika meninggal dunia?

Umurnya hanya 35 tahun saja.

Begitu besar pengaruhnya bagi manusia (melalui karya-karyanya) dan dia mati dalam usia muda.

Bagaimana jika dia hidup dalam waktu yang lebih lama lagi [?]



Sebelum Al Hakami, ada pula Al Imam An Nawawi rahimahullah

Beliau memiliki karya tulis yang amat banyak. Beliau meninggal dunia pada usia 45 tahun.



Stop!

Kita berhenti membicarakan sejarah ulama yang mati dalam usia muda di atas, namun meninggalkan karya yang bermanfaat bagi umat. Sekarang, marilah kita beralih ke sejarah sebagian ulama yang menuntut ilmu setelah usia 40 tahun.

Ingatlah, tidak ada usia muda dalam menuntut ilmu. Begitu pula tidak ada usia tua dalam belajar dan mendalami agama ini.

Lihatlah pada biografi Syibl bin ‘Abbad Al Makkiy. Beliau menuntut ilmu agama setelah berusia 50 tahun.

Lihatlah pula kehidupan Abi Nashr At Tammaar beliau melakukan perjalanan dalam menuntut ilmu setelah usia 60 tahun.

Perhatikanlah kehidupan Asy Syaikh Hafizh Hakamiy, bagaimana pengaruh beliau bagi umat melalui karyanya? Bukankah mendatangkan banyak manfaat?

Renungkan pula perjalanan hidup orang-orang pilihan di atas yang belajar dan menuntut ilmu baru setelah berusia senja, namun lihatlah jejak-jejak melalui karya mereka yang ditinggalkan bagi umat ini?

Tidak ada udzur lagi bagimu ketika engkau menyia-nyiakan umurmu.

Sudah seharusnya engkau memperhatikan umurmu dan selalu melihat bagaimana orang lain memanfaatkan umurnya.

Bakr bin ‘Abdillah mengatakan, “Jika engkau melihat orang yang lebih tua darimu, maka katakanlah: Orang ini lebih beriman dan lebih banyak memiliki amal sholeh dariku, maka dia lebih baik dariku. Namun jika engkau melihat orang yang lebih muda darimu, maka katakanlah: Aku lebih banyak berbuat dosa dan maksiat daripada dia, maka dia lebih baik dariku.”

Jika engkau masih berada di usia muda, maka janganlah katakan: jika berusia tua, baru aku akan beramal.

Jika engkau sudah berada di usia tua, apa lagi yang engkau tunggu [?]

Setelah usia tua yang ada hanya kematian yang menunggu [!]

Sungguh menyenangkan jika seseorang bergegas melalukan kebaikan lalu dia meninggalkan bekas sehingga ada yang memanfaatkannya.

Beramallah untuk dirimu sebelum datang kematianmu. Ingatlah, dzikir bagi seseorang adalah umur kedua baginya.



Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal