Allah Azza wa Jalla berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah yang Maha
kaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha terpuji. [Fâthir/35:15]
Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَأَنَّهُ هُوَ أَغْنَىٰ وَأَقْنَىٰ
Dan sesungguhnya Dialah yang memberikan kekayaan dan kecukupan [an-Najm/53:48]
Allah Azza wa Jalla Maha kaya dengan dzat-Nya, yang memiliki kekayaan
yang mutlak dan sempurna dari seluruh sisi dan pandangan lantaran
kesempurnaan dzat-Nya dan sifat-Nya yang tidak tersentuh oleh kekurangan
dari arah manapun. Ini tidak mungkin terjadi kecuali karena Allah Azza
wa Jalla adalah Dzat yang Maha kaya dan lantaran sifat kaya
(berkecukupan) sudah lazim pada dzat-Nya. Sebagaimana Allah Azza wa
Jalla Maha pencipta,Pemberi rezeki, dan Maha pengasih serta yang
melimpahkan kebaikan, maka Allah Azza wa Jalla juga Maha kaya, tidak
membutuhkan seluruh makhluk dari sisi manapun. Para makhluk-Nya itu
pasti membutuhkan-Nya dalam kondisi apapun. Mereka tidak bisa
mengesampingkan curahan kebaikan, kemurahan, pengaturan dan
pemeliharaan-Nya, baik yang bersifat umum maupun khusus dalam sekejap
mata sekalipun.
Di antara wujud kesempurnaan kekayaan-Nya;
1. Sesungguhnya perbendaharaan langit dan bumi seluruhnya ada di
tangan-Nya, dan kedermawanan-Nya kepada para makhluk datang secara
kontinyu sepanjang malam dan siang, dan kedua tangan-Nya selalu memberi
di setiap waktu.
2. Allah Azza wa Jalla menyeru para hamba-Nya agar hanya meminta
kepada-Nya di setiap waktu dan keadaan; dan berjanji untuk mengabulkan
permintaan-permintaan mereka, serta memerintahkan mereka beribadah
kepada-Nya dan berjanji menerima amalan dan memberi pahala mereka.
Sungguh Allah Azza wa Jalla telah memberi seluruh yang mereka minta dan
semua yang mereka inginkan serta apa yang mereka angan-angankan.
3. Kalau seandainya seluruh penduduk langit dan bumi, dari makhluk yang
paling awal sampai makhluk yang paling akhir berkumpul di satu tanah
lapang, kemudian masing-masing mengajukan permintaannya sendiri-sendiri,
selanjutnya Allah Azza wa Jalla mengabulkan seluruh permintaan mereka,
maka semua itu tidak mengurangi apa yang Dia Azza wa Jalla miliki
kecuali seperti jarum yang dicelupkan ke dalam lautan.
4. Wujud kekayaan-Nya yang sangat agung yang tidak bisa diukur dan tidak
mungkin bisa dideskripsikan, apa yang telah Dia Azza wa Jalla
bentangkan bagi penghuni Jannah yang berupa kelezatan-kelezatan yang
tidak terputus dan pemberian-pemberian-Nya yang beraneka-ragam, serta
kenikmatan-kenikmatan yang bervariasi yang tidak pernah dilihat oleh
mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terbesit di
hati manusia.
Allah Maha kaya dengan dzat-Nya, yang mencukupi (kebutuhan) seluruh
makhluk. Allah Azza wa Jalla memenuhi keperluan para hamba-Nya dengan
rezeki-rezeki yang telah Allah Azza wa Jalla hamparkan dan menambah
berbagai kenikmatan bagi mereka yang tidak terhitung dan tidak
terbilang, serta dengan memudahkan sarana-sarana yang mengantarkan
kepada perolehan kekayaan.
5. Dan lebih khusus dari semua itu, Allah Azza wa Jalla memperkaya
hamba-hamba pilihan-Nya dengan limpahan ma’rifah (pengetahuan),
ilmu-ilmu rabbâni dan hakekat-hakekat keimanan ke dalam hati sanubari
mereka, sehingga kalbu-kalbu mereka hanya bergantung kepada-Nya dan
tidak bergantung kepada selain-Nya. Inilah kekayaan tertinggi dan
kekayaan yang sebenarnya, sesuai sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
salalm :
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَشْرَةِ الْعَرْضِ إِنَّمَا الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
Kekayaan itu bukan karena banyaknya harta, akan tetapi kekayaan yang
sejati ialah kekayaan hati [HR. al-Bukhâri, no. 6446, Muslim no. 1051]
Pada saat hati itu kaya (merasa berkecukupan) dengan Allah Azza wa
Jalla, pengetahuan tentang-Nya dan hakekat-hakekat keimanan, maka akan
merasa cukup dengan rezeki dari-Nya dan menerimanya dengan tulus
(bersifat qanâ’ah) dan berbahagia dengan apa yang telah Allah Azza wa
Jalla berikan kepadanya, maka seorang hamba yang telah sampai ke derajat
ini, tidak akan merasa iri terhadap (kekayaan) raja-raja dan pemegang
kekuasaan. Hal ini disebabkan dia telah memperoleh kekayaan yang tidak
ia harapkan digantikan dengan yang lainya; kekayaan yang membuat hatinya
tentram, menjadikan ruhaninya merasa damai dan menyebabkan jiwanya
merasa senang dengannya.
Kita memohon semoga Allah Azza wa Jalla memperkaya hati kita dengan
hidayah, cahaya dan ma’rifah dan sifat qanâ’ah, dan juga membentangkan
keluasan karunia-Nya dan rezeki halal kepada kita sekalian. Wallâhu
a’lam.
Saturday, August 24, 2013
Thursday, August 1, 2013
Seri Kultum
Seri
Kultum Ramadhan
ISLAM ITU AGAMA KELUARGA
Sungguh menarik paparan tafsir Fii Zhilalil Quran saat menafsirkan surah
Ath Thalaaq :
Sesungguhnya
ia menunjukkan pentingnya urusan keluarga dalam sistem
kehidupan yang Islami.
kehidupan yang Islami.
Sesungguhnya Islam mengatur sistem keluarga. Dalam pandangan Islam,
rumah merupakan tempat tinggal dan istirahat. Di dalamnya setiap jiwa
harus mendapatkan kasih sayang, rahmat, cinta, tirai penutup,
perhiasan, penjagaan dan kesucian.
Dalam naungan rumah itu, anak-anak tumbuh dan generasi baru
berangsur-angsur mencapai kesempurnaan.
Dan, dari rumah itu pula ikatan-ikatan kasih dan hubungan-hubungan
ketergantungan dan pengasuhan berkembang.
Oleh
karena itu, Islam menggambarkan hubungan rumah tangga dengan
gambaran yang halus dan lembut, yang darinya tersebar sifat kasih
sayang, di dalamnya terbentang naungan, dan menyebarkan semangat dan
wangi keharuman yang semerbak di dalamnya.
gambaran yang halus dan lembut, yang darinya tersebar sifat kasih
sayang, di dalamnya terbentang naungan, dan menyebarkan semangat dan
wangi keharuman yang semerbak di dalamnya.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir. (Al Quran Al Kariim Surah Ar Ruum ayat 21)
… mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi
mereka … (Al Quran Al Kariim Surah Al Baqarah ayat 187)
Jadi hubungan rumah tangga merupakan hubungan
dan ikatan antara jiwa
dengan jiwa. Ia merupakan hubungan dan ikatan antara tempat tinggal
dengan kestabilan. Ia merupakan hubungan dan ikatan antara cinta dengan
kasih sayang. Dan ia merupakan hubungan dan ikatan antara tirai penutup
dan perhiasan. Sesungguhnya manusia pasti merasakan cinta dan
kelembutan ungkapan-ungkapan, dan dari sela-selanya dia mendapatkan
semangat dan naungan.
dengan jiwa. Ia merupakan hubungan dan ikatan antara tempat tinggal
dengan kestabilan. Ia merupakan hubungan dan ikatan antara cinta dengan
kasih sayang. Dan ia merupakan hubungan dan ikatan antara tirai penutup
dan perhiasan. Sesungguhnya manusia pasti merasakan cinta dan
kelembutan ungkapan-ungkapan, dan dari sela-selanya dia mendapatkan
semangat dan naungan.
Sesungguhnya ia merupakan ungkapan sempurna tentang hakikat hubungan
yang diwajibkan oleh Islam dalam membina ikatan manusia yang melekat
dan kuat.
Pada saat yang sama, segala maksud dan tujuan puncak dari ikatan
perkawinan sangat diperhatikan dan diprioritaskan. Diantaranya,
perkembangan dan penerusan keturunan. Islam memberikan porsi yang cukup
terhadap segala tujuan dan maksud dengan karakter kebersihan dan
kesuciannya. Juga pengakuan terhadap kesungguhan dan keseriusannya
serta mengatur antara arahan dan problematikanya. Hal itu ditunjukkan
ketika Allah menyatakan :
Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka
datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu
kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan
bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan
menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. (Al
Quran Al Kariim Surah Al Baqarah ayat 223)
Dalam hal ini, Allah memperhatikan makna kesuburan dan perkembangbiakan.
Islam meliputi sarang ini, atau buaian ini, atau tempat tinggal ini
(maksudnya rumah tangga) dengan segala perhatian dan jaminan sebagaimana
tabiat Islam demikian adanya, yakni memandang sesuatu secara totalitas.
Karena sesungguhnya Islam itu tidak cukup hanya semangat-semangat
ruhiyah, namun ia harus diikuti dengan sistematika hukum dan jaminan
syariat.
Orang yang memahami sistem keluarga dalam Al Quran dan hadits pada
setiap persepsinya dan bagi setiap keadaannya, kemudian menyaksikan
pengarahan-pengarahan yang menyertai persyariatan itu dan penghimpunan
yang jelas di sekitarnya dengan segala pengaruh dan komentar, serta
dalam mengaitkan urausan rumah tangga ini dengan Allah secara langsung
pada setiap temanya, sebagaimana yang tampak dalam surah ini (Ath
Thalaaq) dan surah lainnya, pastilah dia mengetahui secara sempurna
tentang agungnya urusan keluarga dalam sistem ajaran Islam. Juga betapa
tingginya nilai keluarga ini di sisi Allah. Dalam hal ini dia telah
menghimpun antara takwa kepada Allah dan takwa silaturahmi yang
difirmankan oleh Allah di awal surah An Nisa :
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu. (Al Quran Al Kariim Surah An Nisa ayat 1)
Sebagaimana Islam juga menghimpun antara persembahan ibadah kepada
Allah dengan berbakti kepada kedua orang tua dalam surah Al Isra dan
surah lainnya :
Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur
lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Surah Al
Israa ayat 23)
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur
lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Surah Al
Israa ayat 23)
Islam pun menjelaskan tentang kesyukuran kepada Allah dan kesyukuran
kepada kedua orang tua pada surah Luqman :
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. (Al Quran Al Kariim Surah Luqman ayat 14)
Sesungguhnya perhatian yang sangat jauh dan mendalam tentang perkara
keluarga ini seiring dengan ketentuan qadar Ilahi dalam membangun
kehidupan manusia atas asas keluarga. Yaitu, ketika ketentuan qadar
Allah berlaku bahwa sarang pertama yang berwujud dalam kehidupan
manusia adalah keluarga Adam dan istrinya. Kemudian manusia berkembang
menjadi banyak sekali. Padahal Allah Maha Berkuasa untuk menciptakan
berjuta-juta manusia sekaligus.
Namua ketentuan qadar Allah menentukan hal ini untuk sebuah hikmah yang
tersimpan dalam kewajiban dan tugas keluarga yang agung dalam kehidupan
manusia. Dan, manusia dengan bekal fitrah dan potensinya mampu memenuhi
segala kebutuhan kehidupan keluarga. Dalam institusi keluargalah
kepribadian seorang manusia dan keistimewaan-keistimewaannya tumbuh. Dan
disanalah dia menemukan pengaruh-pengaruh yang paling mendalam pada
kehidupannya.
Kemudian perhatian yang besar itu berlaku pada sistem Islam yang
merupakan manhaj Allah yang terakhir di muka bumi.
Demikian paparan Tafsir Fii Zhilalil Quran tentang Keluarga dalam Islam.
Allahu `Alam
Masih diperlukan Ratusan Mushaf Quran. Bantu lewat donasi Mushaf Quran :
Seri Kultum
Seri
Kultum Ramadhan
APAKAH MOTIVASI AKHIRAT TIDAK CUKUP
Allah Ta'ala berfirman :
Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan
bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani;
kemudian tanaman itu menjadi
kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan
ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Al Quran Al Kariim Surah Al
Hadiid ayat 20)
Kita sering sekali mendengar beragam motivasi kesuksesan. Sayangnya
kebanyakan motivasi-motivasi itu ujungnya hanyalah terkait dengan
kesenangan dunia belaka. Maka jadilah kehidupan kita seperti yang
digambarkan oleh ayat Quran tersebut diatas : lalai, sibuk mengumpulkan
beragam perhiasan dunia, bermegah-megah lalu berbangga-bangga dengan
banyaknya harta dan anak. Naudzubillahi min dzalik.
Kesenangan ini tidaklah memiliki substansi karena topangannya berupa
tipuan dan kemayaan. Di samping itu, dunia pun melenakan dan melupakan, sehingga membawa pemiliknya kepada bayang-bayang yang menipu.
Karena itu Allah menyeru manusia supaya berkompetisi di arena
pertandingan yang hakiki untuk meraih tujuan yang berhak dimiliki oleh
pemenang. Tujuan yang menjadi akhir tempat kembali mereka, yang
memastikan mereka tinggal di alam keabadian :
Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dansurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi
orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah
karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
Allah mempunyai karunia yang besar. (Al Quran Al Kariim Surah Al Hadiid ayat 21)
Perlombaan
itu bukanlah tentang senda gurau, permainan, untuk saling membanggakan diri, dan untuk saling mengungguli
jumlah. Tetapi itu perlombaan
menuju cakrawala, mengacu sasaran, dan mengarah ke kerajaan yang luas yaitu : "Surga yang seluas langit dan
bumi"
Begitulah koridor motivasi seorang muslim sesungguhnya. Dorongannya
adalah dorongan ukhrowi, sehingga kesuksesan bukanlah diukur dari
tingginya posisi, banyaknya harta dan anak yang membawa kepada sifat
kikir, suka memamerkan dan menumpuk-numpuk, tidak bermanfaat bagi
kehidupan.
Apapun yang ia capai, maka dia akan berupaya menjadikannya tangga
menuju ampunan Allah. Hilang karena sifat angkuh dan sombong serta
kebanggaan yang melampaui batas.
Apapun yang tidak dia capai, tidaklah kemudian menjadikannya susah dan
hampa, dan menjadikannya memiliki obsesi di luar batas kewajaran hingga
terkadang menghalalkan segala cara.
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita
terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu
gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (Al Quran Al Kariim Surah Al Hadiid ayat 23)
(yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (Al Quran Al Kariim Surah Al Hadiid ayat 24)
Allahu `Alam
Masih dibutuhkan Ratusan Mushaf Quran di
Program Donasi Mushaf Quran :
http://quran.rumahilmu.or.id/
<http://quran.rumahilmu.or.id/