Allah
ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
“
Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul, dan ulil amri diantara kalian.”
(
QS. an-Nisaa’: 59)
Imam
an-Nawawi rahimahullah berkata, “Para ulama mengatakan: Yang dimaksud dengan ulil amri adalah orang-orang yang Allah wajibkan untuk ditaati yaitu
penguasa dan pemerintah.
Inilah pendapat yang dipegang oleh mayoritas ulama salaf/terdahulu dan
kholaf/belakangan dari kalangan ahli tafsir maupun ahli fikih dan
selainnya. Ada yang berpendapat bahwa ulil amri itu adalah
para ulama. Ada yang mengatakan bahwa mereka itu adalah
umara’/pemerintah dan ulama. Adapun orang yang berpendapat bahwa ulil amri itu
hanya para Sahabat maka dia telah
keliru.” [1]
Adapun pendapat yang dikuatkan oleh
Ibnul Qayyim rahimahullah bahwa kandungan ayat ini
mencakup kedua kelompok tersebut; yaitu ulama maupun umara/pemerintah. Dikarenakan kedua penafsiran ini sama-sama terbukti sahih dari para Sahabat [2]
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata, “Mereka (ulil amri) adalah para
pemimpin/pemerintah.” Penafsiran serupa juga diriwayatkan dari
Maimun bin Mihran dan yang lainnya. Sedangkan
Jabir bin Abdullah berkata bahwa mereka itu adalah para
ulama dan pemuka kebaikan.
Mujahid, Atha’, al-Hasan, dan Abul Aliyah mengatakan bahwa maksudnya adalah
para ulama.
Mujahid menafsirkan bahwa yang dimaksud adalah para
Sahabat. Pendapat yang dikuatkan oleh Imam
asy-Syafi’i adalah pendapat pertama, yaitu ulil amri adalah para
pemimpin/pemerintah[3]
Referensi:
[1]
Syarh Muslim [6/467] cet. Dar Ibnu al-Haitsam
[2]
adh-Dhau’ al-Munir ‘ala at-Tafsir [2/235 dan 238]
[3]
Fath al-Bari [8/106]