Monday, December 31, 2012

Berkaca dari struktur DNA

Setiap mahluk hidup tersusun dari kumpulan sel-sel yang beraktivitas sesuai tugasnya. Tubuh manusia, misalnya, tersusun atas lebih dari 10 trilyun sel yang  pada awalnya adalah berasal dari hasil pembelahan sebuah sel saja. Di dalam setiap sel terdapat inti sel (nucleus) yang dimana beberapa kromosom (23 pasang) terletak. Kromosom sendiri adalah kumpulan protein dan deoxyribonucleic acid (DNA).
DNA membawa semua informasi genetik mengenai tubuh kita yang nantinya akan diwariskan kepada generasi berikutnya.  Jika kita bayangkan DNA sebagai sebuah buku, yang berisi berbagai informasi yang tertulis dari 23 bab (kromosomes) dimana di setiap kromosom terdapat ribuan informasi cerita (genes). Berbeda dengan kita yang menuliskan informasi dengan 26 huruf alphabet, di dalam buku DNA ini setiap kata dituliskan hanya dengan menggunakan 4 huruf  yakni A, C, T, dan G.
Contoh tulisannya adalah sebagai berikut:  ATGCTGATCGATGCAGAATCGATC…

Panjang informasi yang ada di DNA sekitar 3,000,000,000 huruf yang kalau kita bacakan setiap hari selama 8 jam/hari, butuh 100 tahun untuk menyelesaikannya.
Didalam setiap sel terdapat lebih dari 20,000 gen (yang merupakan bagian dari DNA) yang kita ketahui saat ini yang mempunyai tugasnya masing-masing di dalam tubuh kita. Gen pada dasarnya menghasilkan protein yang digunakan untuk membangun tubuh kita. Setiap gene bertugas untuk menghasilkan protein yang berbeda (setiap gene memproduksi sekitar 10 protein yang berbeda-beda).  Gen melalui protein yang dihasilkan akan  menentukan bagaimana karakteristik  kita (baik struktural, biokimiawi, fisiologis, dan perilaku) yang dikenal dengan istilah fenotipe.  Intinya gen lah yang membuat kita bermata biru, berambut pirang atau berbadan tinggi.
Gene juga yang mengatur bagaimana kita memproses makanan secara efficient, men– detoksi- kan  racun dan lain sebagainya.
Meski setiap gen memiliki fungsi tersendiri, mereka bekerja, berkolaborasi dalam grup atau jaringan (yang disebut genetic pathways), baik jaringan (network) kecil maupun jaringan yang sangat besar untuk melaksanakan fungsinya yang khusus (metabolisme).  Mereka saling berinteraksi dan saling membutuhkan.  Jaringan –jaringan ini sangat rumit yang hingga kini para peneliti berusaha untuk mengerti dan menyerderhanakannya.
Jika sebuah gen rusak atau berubah/bermutasi maka seluruh jaringan dimana gen tersebut berada akan juga terkena imbasnya.
Sebuah sistem yang sangat besar yang sangat rumit yang terjadi pada saat ini pada diri kita. Melihat semua kerumitan sistem tersebut ada beberapa hal yang dapat kita renungkan dan ambil hikmahnya:
1.      Besarnya nikmat Allah SWT kepada kita.
Kita tidak perlu mengatur (apalagi membuat) semua hal tersebut, Allah sudah memberikan secara “gratis” kepada kita.
Fabiayyi ala i rabbikuma tukadziban? “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Sebuah ayat yang diulang oleh Allah sampai sekitar 30x.
“Apabila kamu menghitung nikmat Allah (yang diberikan kepadamu) maka engkau tidak akan mampu (karena terlalu banyak). An-Nahl: 18.
Melihat besarnya nikmat Allah ini sangatlah layak kalau kita bersyukur sebagaimana firman Allah: “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes air mani yang bercampur. Kami hendak mengujinya dengan beban perintah dan larangan. Karena itu kami jadikan ia mendengar dan melihat. sesungguhnya kami telah menunjukinya jalan yang lurus: Ada yang bersyukur, namun ada pula yang kafir. (Al-Insan: 2-3)
2.     Ukhuwah Islamiyah.
Kita harusnya bekerja layaknya gen dalam sebuah jaringan besar untuk mencapai tujuan/goal yg sama. Setiap kita, muslim/muslimah, punya tugas masing-masing namun dalam satu jalinan/network yang setiap kita adalah pemain dengan tugas yang diberikan kepada kita, tidak saling berebut tugas atau malah melemparkan tugas. Seperti tim sepak bola, ada yang bertugas menjaga gawang, ada yg mencetak gol. Bermain bola tidak hanya untuk mencetak gol tapi juga bagimana kita tidak kemasukkan gol, semua pemain memiliki peran yang sama besarnya..
Bukankah “Perumpamaan seorang mukmin dengan mukmin lainnya dalam kelembutan dan kasih sayang, bagaikan satu tubuh. Jika ada bagian tubuh yang merasa sakit, maka seluruh bagian tubuh lainnya turut merasakannya” (HR. Imam Muslim).
3.     Bukti kebesaran Allah dan Hidayah Allah
Semua kerumitan dalam system tubuh kita adalah bukti kebesaran Allah SWT sebagaimana dalam firman Nya:
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tandatanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka
bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”
Dari proses rumit yang terjadi didalam tubuh kita, kita dan kebanyakan peneliti tentunya akan bertanya-tanya, siapa kah yang, mengajarkan setiap gen untuk melakukan fungsinya masing-masing. Siapa kah yang mengatur, mengkoordinasi jaringan tersebut, (siapa yang menjadi keeper, siapa yang menjadi midfielder)  dan yang jelas siapa kah yang menciptakan mereka?
Bagi kita umat Islam, tentu tahu jawaban dari semua pertanyaan mendasar itu, yaitu ALLAH Yang Maha Kuasa. Namun kebanyakan dari peneliti yang setiap hari menyaksikan kebesaran Allah ini tidak tergerak hatinya menuju Allah.
Alhamdulillah bagi kita yang telah diberikan hidayah ke dalam hati kita karena tidak semua orang akan diberika hidayah kecuali dengan izinNya: “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 56).
Masih banyak lagi hikmah yang didapat dari baik dari system DNA kita maupun alam sekitar. Kita dapat mengenal Allah tidak hanya dengan mempelajari ayat Qauliyah, tapi juga dengan memperhatikan alam sekitar, yang merupakan ayat-ayat kauniah. Wallahu a’lam bish-shawab.

Siapa Tuhan Kita ??

Tidak dapat dipungkiri, bahwa sesungguhnya Tuhan itu hanya satu. Meski demikian, banyak orang yang menyembah Tuhan yang berbeda-beda. Ada yang menyembah matahari sebagai Tuhannya. Ada yang menyembah Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan sebagainya. Ada juga yang hanya menyembah Allah semata.

Lalu, manakah Tuhan yang benar menurut Islam? Bagaimana ciri-cirinya? Sesungguhnya, kita tidak mengetahui sedikit pun tentang Tuhan, meski demikian, dalam Al Qur’an, Tuhan menjelaskan sifat-sifatnya.

Menurut ajaran Islam, Tuhan adalah pencipta segalanya:

“Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”. Lalu jadilah ia.” [Al Baqoroh:117]

“Sesungguhnya misal (penciptaan) `Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.” [Ali Imran:59]

”Katakanlah: “Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang dapat memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali?” katakanlah: “Allah-lah yang memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali; maka bagaimanakah kamu dipalingkan (kepada menyembah yang selain Allah)?” [Yunus:34]

Tuhan juga memiliki semua yang ada, baik di bumi, langit, mau pun yang ada di antara keduanya:

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam”. Katakanlah: “Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi semuanya?” Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [Al Maaidah:17]

Tuhan juga telah ada sebelum segala sesuatu ada (awal). Tuhan juga akan tetap ada, ketika yang lain telah musnah (akhir):

“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” [Al Hadiid:3]

Oleh karena itu, tidak mungkin Tuhan lahir, ketika makhluk lain sudah ada, atau pun meninggal, ketika makhluk lain masih ada. Jika ada, itu tidak lain hanyalah makhluk ciptaan Tuhan belaka.

Hanya ada satu Tuhan, yaitu: Allah.

“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” [Al Maa-idah:73]

Allah tidak punya sekutu.

“Katakanlah: “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Jawabnya: “Allah.” Katakanlah: “Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?”. Katakanlah: “Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?” Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”. [Ar Ra’d:16]

“Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” [Al Israa:111]

Maha Suci Allah dari mempunyai anak dan sekutu.

“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu,” [Al Mu’minuun 91]

“dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”. [Al Ikhlas:4]

Allah Maha Mengetahui, baik yang zahir mau pun yang ghaib.

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” [Al An’aam:59]

Allah Maha Kuasa. Sering kita terpukau akan kegagahan/keperkasaan seseorang. Namun mereka semua tidak ada yang kekal. Orang-orang yang besar dan ditakuti seperti Jengis Khan, Hitler, Roosevelt, semua musnah di tangan Allah yang Maha Kuasa dan Maha Mematikan.

“Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu wahai manusia, dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai penggantimu). Dan adalah Allah Maha Kuasa berbuat demikian.” [An Nisaa:133]

“Kemudian mereka mengambil tuhan-tuhan selain daripada-Nya (untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apapun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) sesuatu kemanfa`atanpun dan (juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan.” [Al Furqaan:3]

Allah Maha Mengatur. Sering kita lihat jembatan yang telah dirancang oleh para ahli dan dibangun ratusan tukang dengan tiang-tiang yang kuat, roboh seketika. Atau lalu-lintas udara yang diatur dengan radar, pengawas udara, serta pilot dan co-pilot, tetap selalu mengalami kecelakaan setiap tahunnya.

Namun tidak pernah sekalipun langit yang tanpa tiang ambruk menimpa bumi. Matahari tidak pernah menabrak bulan atau bumi, meski semuanya telah beredar selama milyaran tahun. Itulah bukti bahwa keteraturan itu terjadi karena adanya Sang Maha Pengatur: Allah.

“Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.” [Ar Ra’d:2]

Allah juga telah memberikan banyak nikmatnya kepada manusia:

“Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” [Al Baqarah:22]

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” [Al Baqarah:164]

Itulah beberapa sifat dari Allah, Tuhan kita. Sifat-sifat Allah lainnya tercermin dalam 99 nama Allah (Asma ul Husna).

Hidup untuk Yang Maha Hidup

Sumber : dakwatuna.com
dakwatuna.com - Nabi SAW pernah menggambarkan bahwa hidup ini tidak ubahnya seorang musafir yang berteduh sesaat di bawah pohon yang rindang untuk menempuh perjalanan tiada batas. Oleh karena itu, bekal perjalanan tiada batas itu mesti disiapkan semaksimal mungkin. Karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa (QS. Al-Baqarah: 197).
Allah SWT menggariskan kepada kita tentang kehidupan akhirat. “‘Kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS Al A’laa: 17). Kehidupan jasad kita hanyalah sementara di dunia. Sedangkan kehidupan ruh, ia akan mengalami lima fase, yaitu: alam arwah, alam rahim, alam dunia, alam barzah, dan alam akhirat. Berarti hidup di dunia hanya terminal pemberhentian menuju akhirat yang kekal.
Karena hidup adalah hanyalah sekumpulan hari, bulan, dan tahun yang berputar tanpa pernah kembali lagi. Dan setiap hari umur kita akan bertambah, namun usia berkurang. Hal itu berarti kematian semakin dekat.
Seharusnya kita semakin arif dan bijak dalam menjalaninya. Tetap dalam kesalehan, bertambah kuat aqidah, semakin khusyuk dalam beribadah, dan mempunyai akhlak yang mulia. Pada puncak kebaikan itu lalu kita wafat, itulah husnul khatimah.
Hidup ini ada di bawah aturan yang telah ditentukan Allah SWT. Segalanya digulirkan dan digilirkan. Hidup lalu mati, kecil akhirnya membesar, muda lama kelamaan akan tua, dan muncul kesenangan, terkadang berganti kesedihan. Semua itu adalah fana.
Namun, di tengah-tengah kefanaan itu, umat Rasulullah SAW adalah yang paling sukses, sebagaimana dijelaskan dalam hadits bahwa umat Rasulullah adalah yang paling banyak mengingat mati, lalu ia akan mempersiapkan hidup setelah mati.
Akhirnya, mereka yang mengaku ‘cerdas’ akan mengetahui, lalu sadar dan yakin, bahwa hidup ini bukan untuk mati, akan tetapi mati itulah untuk hidup. Hidup bukan untuk hidup, tetapi untuk Yang Maha hidup, yaitu Allah Rabbul Izzati.
Karena itu, jangan pernah takut mati, namun jangan mencari mati. Jangan lupa mati, dan rindukanlah mati. Kenapa? Karena, kematian adalah pintu berjumpa dengan-Nya. Perjumpaan terindah antara kekasih dengan Kekasihnya.
Orang yang bertaqwa adalah orang yang sangat cerdas. Ia tidak akan mau terjebak pada “kenikmatan” sesaat, namun menderita berkepanjangan. Karena itu, ia akan selalu mengelola hidup yang sesaat dan singkat ini menjadi sangat berarti untuk kehidupan panjang tanpa akhir nanti, yaitu akhirat.
“Dan kehidupan dunia ini hanyalah senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.” (QS Al Ankabut: 64).