Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
Wahai kaum Muslimin, marilah kita bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla.
Marilah kita menjadi orang-orang yang jujur, berlaku baik kepada Allah
Azza wa Jalla dan kepada seluruh makhluk, jika kita memang benar-benar
orang yang beriman. Hendaklah kita berlaku jujur, karena kejujuran
mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan kita kepada
surga. Seseorang itu selalu berlaku jujur dan membiasakannya, hingga di
sisi Allah Azza wa Jalla dia di tulis sebagai orang yang jujur.
Orang-orang yang jujur dalam ucapan dan perbuatannya, akan dicintai oleh
Allah Azza wa Jalla dan dicintai oleh manusia. Setiap majelis merasa
senang apabila mereka disebut, dan hati dengan lapang menerima setiap
kali mereka membawa berita. Mereka memperoleh buah kejujuran mereka di
dunia dan di alam kubur. Apabila mereka di kumpulkan, setiap lisan
selalu mengucapkan kata pujian bagi mereka. Hati mereka dipenuhi rasa
cinta dan persaudaraan. Dan kejujuran itu mencakup kejujuran dalam
keyakinan, ucapan dan perbuatan.
Jujur dalam keyakinan maksudnya adalah keikhlasan seseorang dalam
beramal. Ia tidak mengerjakan amalan karena riyâ‘ ataupun sum‘ah. Adapun
jujur dalam ucapan, maksudnya dia jujur dengan berita yang disampaikan
serta ucapannya sesuai dengan kenyataan. Dia tidak memberikan kabar
berita yang menyelisihi kenyataan/realita, baik ketika berbicara serius
maupun senda gurau; baik ketika senang maupun sempit. Dia selalu
menyampaikan berita dalam keadaan sempit maupun lapang; dalam keadaan
marah maupun ridha, dalam seluruh transaksinya muamalahnya, baik berupa
sewa menyewa maupun jual beli.
Adapun jujur dalam perbuatan, maksudnya adalah ia mengikuti Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam amal ibadahnya dan semua
muamalahnya, dengan nasehat yang sungguh-sungguh. Jika dia bekerja untuk
orang lain, ia pun bersungguh-sungguh dan menyelesaikannya.
Kita jangan berkata dusta. Karena sesungguhnya dusta itu mengantarkan
kepada perbuatan dosa dan perbuatan dosa itu menyebabkan masuk neraka.
Seseorang itu bila senantiasa berbuat dusta niscaya ditulis di sisi
Allah Azza wa Jalla sebagai pendusta. Dusta itu dibenci oleh Allah Azza
wa Jalla dan manusia. Jika dia menyampaikan berita, beritanya tidak
tsiqah (terpercaya). Ketahuilah bahwa dusta ini juga mencakup keyakinan,
perbuatan dan perkataan.
Dusta dalam keyakinan maksudnya adalah perbuatan manusia yang dilakukan
karena riya‘(pamer) dan hanya mengharapkan pujian manusia semata. Allah
Azza wa Jalla berfirman:
مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ
أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ
لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا
فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya
Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan
sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah
orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan
lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan
sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.[ Hûd/11:15-16]
Adapun dusta dalam ucapan, maksudnya adalah menyampaikan berita yang
tidak sesuai kenyataan. Ini adalah perbuatan yang dilarang, baik
perbuatan dusta itu memiliki dampak memakan harta orang lain dan
menzhaliminya ataupun tidak memiliki dampak sekalipun. Semua bentuk
perbuatan dusta adalah haram dan tercela, kecuali apabila memiliki
maslahat yang besar, seperti dusta dalam pertempuran melawan musuh dan
dusta untuk memperbaiki hubungan antara manusia guna menghilangkan
perselisihan dan kebencian.
Dalam hadits, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَنَازَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحَا
Aku adalah pemimpin di rumah yang ada tengah di surga bagi orang-orang
yang meninggalkan dusta, walaupun dalam keadaan senda gurau.[HR. Abu
Dâwud 4800 dari hadits Abu Umâmah Radhiyallahu ‘anhu]
Dusta itu memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Semakin besar madharatnya, semakin besar pula dosanya.
Adapun dusta dalam perbuatan, maksudnya adalah orang yang perbuatannya
menyelisihi ucapannya. Seperti orang yang berpura-pura memberikan
nasehat, padahal dia hendak menipu; seperti orang yang menampakkan
bagian barang dagangannya yang baik-baik, padahal sebaliknya.
Wahai kaum Muslimin, sesungguhnya kejujuran dalam setiap bentuknya
merupakan perbuatan yang terpuji. Orang yang jujur dicintai oleh Allah
Azza wa Jalla dan manusia, dan Allah Azza wa Jalla akan meninggikan
kedudukannya dan menambahkan pahala baginya. Dan bukti paling nyata yang
menunjukkan hal itu adalah kenyataan yang terjadi berupa pujian manusia
bagi orang-orang yang jujur ketika mereka masih hidup maupun sudah
meninggal dunia. Berita yang mereka sampaikan diterima, amanah mereka
terpercaya. Sungguh beruntung orang-orang yang jujur, dan sungguh rugi
orang yang berbuat dusta.
Mari kita bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla dan menegakkan kejujuran dalam segala kondisi agar kita mendapatkan keberuntungan.
Allah Azza wa jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. [at-Taubah/9 : 119]
(Dikutip dari Adl-Dhiyâul Lâmi‘ Minal Khuthabil Jawâmi“, karya Syaikh Muhammad Bin Shâlih Al-Utsaimîn, Juz 5/365-367)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06-07/Tahun XIII/1430/2009M.
Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8
Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858197]
0 comments:
Post a Comment
Saudaraku......silahkan berikan komentar antum,,,,, untuk menjadi pelajaran bagiku.... jazakumullah....