Hidayatullah.com—Pasca gencatan senjata antara Zionis-Israel pada hari
Rabu malam pukul 19.00 waktu setempat (pukul 01.00 WIB Kamis dini hari)
menyisahkan cerita penting.
Sehari pasca serangan delapan hari dalam perang yang dijuluki mujahidin
sebagai "Hijarah as Sijjil" (perang Batu Neraka) membuat langit Gaza
hening, tanpa jet berseliweran atau roket yang menghantam anak-anak
kecil atau para wanita. Orang-orang ke luar rumah. Masyarakat memenuhi
jalanan setelah PM Palestina pemenang Pemilu resmi Ismail Haniyah
menyatakan `Hari Libur Nasional' atau `Perayaan Kemenangan'. Sebagian
warga keluar rumah dan menembakkan senjata ke udara, membunyikan klakson
mobil, dan menyalakan kembang api dari atas rumah.
Perayaan serupa juga dilaporkan di beberapa kota di Tepi Barat pada Rabu
malam. Para pengemudi membunyikan klakson mobil mereka dan
mengungkapkan kegembiraan mereka atas kesepakatan gencatan senjata.
Warga lain membagi-bagikan permen untuk mengekspresikan kegembiraan
mereka atas kesepakatan gencatan senjata. Beberap warga yang membawa
senjata, melepaskan tembakan ke udara di Kota Gaza, sementara yang lain
mencium tanah sebagai tanda kegembiraan.
Warga Palestina juga meneriakkan slogan-slogan untuk mendukung Hamas dan
kelompok-kelompok milisi perjuangan Palestina lainnya di Jalur Gaza.
Sumber di Jalur Gaza mengatakan bahwa kepemimpinan Hamas
menginstruksikan anggotanya untuk mematuhi gencatan senjata dan
menghentikan penembakan ke wilayah Israel.
"Sejarah akan menyebutkan, bahwa Gaza pernah memukul Tel Aviv dan
Yerusalem dengan roket," ujar seorang aktivis Hamas di Kota Gaza seperti
dikutip dari Jpost.
"Hari ini kami menang. Ini adalah kemenangan dari Allah," lanjutnya.
"Mendung" di Israel
Sementara itu, di Israel justru terjadi sebaliknya. Sumber-sumber di
Israel menyebutkan, perang delapan hari ini telah menyebabkan merugikan
perekonomian Israel. Pakar ekonomi Zionis menyebutkan, hari pertama
saja serangan Israel ke Gaza telah merugikan ekonomi Israel mencapai 100
juta dollar.
Harian Yedeot Aharonot dikutip Pusat Informasi Palestina (PIC) dalam
laporannya menyebutkan, departemen perang Zionis akan dituntut
mengganti 250 hingga 510 juta dollar akibat agresi terakhirnya ke Gaza.
Laporan lain juga menyebutkan, biaya perang yang dikeluarkan militer
Zionis dalam perang delapan hari ini mencapai 760 juta Amerika. Jumlah
ini mencakup penarikan ratusan kendaraan militer dan tentaranya dari
barak, selain memanggil pasukan cadangan Israel dan memobilisasi mereka,
termasuk biaya makan mereka yang mencapai ratusan ribu dollar.
Sementara biaya pemantauan udara mencapai ribuaan dollar biaya honor
tentara yang mencapai puluhan ribu dollar.
Perekonomian Israel juga dikabarkan terganggu dengan afek dari perang
ini, selain memobilisasi tentara cadangan dari tempat kerja mereka
mencapai puluhan ribu orang dan menghabiskan dana jutaan dollar. Belum
lagi serangan hacker dari berbagai penjuru dunia yang ikut menghentikan
beberapa layanan umum.
Kerugian tersebut belum mencakup kerugian bidang perdagangan, pelayanan
public yang mencapai 25 juta dollar perharinya, sebagaimana dilaporkan
Aharonot.
Krisis di Israel
Kekalahan Israel ini juga sebabkan kondisi politik internal rezim
penjajah ini makin goyah. Para pengaman menilai, Israel hanya menunggu
badai politik. Gelombang kritik terhadap para pemimpin rezim Zionis
khususnya Perdana Menteri Benyamin Netanyahu makin tajam.
Kegagalan agresi militer ke Jalur Gaza rupanya membuat Perdana Menteri
Rezim Zionis Israel, Benyamin Netanyahu geram. Ia langsung mencopot
Yuhanan Laweker, sekretaris keamanan Netanyahu yang juga penasehat di
bidang militer. Demikian dikutip al – Alam.
Selanjutnya, Elan Zamir diangkat menjadi penasehat bidang militer baru
menggantikan Yuhanan Laweker yang dicopot. Elan Zamir selain diangkat
menjadi penasehat militer Netanyahu juga merangkap sebagai kepala Staf
Angkatan Darat Israel.
Pemimpin partai oposisi Kadima Israel Shaul Mofaz mengakui bahwa gerakan
perlawanan Palestina Hamas tampil lebih kuat dari rezim Tel Aviv dalam
perang Israel di Jalur Gaza, dan menurutnya gencatan senjata adalah
sebuah kesalahan.
"Gencatan senjata pada titik ini adalah kesalahan, tangan Hamas berada diatas," kata Shaul Mofaz, Rabu, (21/11/12).
"Kita seharusnya tidak berhenti pada tahap ini. Hamas semakin kuat dan kami tidak bisa mencegahnya," tambahnya.
Pemimpin partai oposisi, menyeru aksi demo besar-besaran anti Netanyahu dan mendesaknya mengundurkan diri.
Harian Economist mengkonfirmasikan anjloknya popularitas Netanyahi di
mata warga Zionis mirip posisi mantan Perdana Menteri Ehud Olmert
setelah kekalahan rezim ini di perang "Cast Lead" selama 22 Hari di Gaza
di akhir tahun 2008.
Seorang ahli strategi asal Amerika, Profesor Stephen Walt mengatakan
serangan Israel terhadap Jalur Gaza sebagai contoh dari jenis kesalahan
strategis yang merugikan kepentingan Washington. Karenanya, Stephen Walt
meminta Amerika Serikat tidak terseret ke dalam rawa strategi miskin
sekutu utamanya di Timur Tengah.
Agresi Israel terbaru itu dinilainya sebuah "tindakan bodoh, sama dengan
kebodohan yang dilakukan oleh Israel beberapa tahun yang lalu".
Tidak hanya kebodohan besar yang dilakukan Israel, kata Walt, tetapi
mereka juga merugikan korban dan merusak negara Israel serta kepentingan
Amerika Serikat.
Spesialis dalam kajian strategis ini meminta agar Negara itu "mengambil
pelajaran" dari apa yang telah terjadi dalam beberapa hari terakhir,
demikian dikutip middleeastmonitor.com.
Sementara itu, analis Timur Tengah mengatakan, kemenangan Hamas membuat
kelompok perjuangan ini semakin kuat. Betatapun kemungkinan Zionis akan
curang dalam perjanjian, namun berakhirnya blockade ini, dinilai membuat
warga dan milisi pejuang Hamas akan semakin menunjukkan kekuatannya.*
0 comments:
Post a Comment
Saudaraku......silahkan berikan komentar antum,,,,, untuk menjadi pelajaran bagiku.... jazakumullah....